Beirut, MINA – Warga Lebanon memberikan suaranya pada hari Ahad (15/5) dalam pemilihan umum pertama sejak ledakan pelabuhan yang meruntuhkan ekonomi negara mereka.
Pemilihan ini juga menjadi ujian apakah Hizbullah yang didukung Iran dan sekutunya dapat mempertahankan mayoritas di parlemen, The New Arab melaporkan.
Setelah berbulan-bulan ketidakpastian tentang apakah pemilihan akan dilanjutkan, pemungutan suara dibuka pada pukul 07.00 pagi waktu lokal di 15 distrik pemilihan.
Negara ini telah diguncang oleh krisis ekonomi yang oleh Bank Dunia dipersalahkan pada kelas penguasa, dan ledakan pelabuhan Beirut yang menghancurkan pada tahun 2020.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Para analis mengatakan, kemarahan publik atas kedua masalah tersebut dapat mendorong beberapa kandidat yang berpikiran reformasi terpilih ke parlemen.
Namun, harapan untuk perombakan besar itu tipis dalam sistem sektarian Lebanon, yang membagi kursi parlemen di antara 11 kelompok agama dan condong mendukung partai-partai mapan.
Pemungutan suara terakhir diadakan pada 2018 yang menghasilkan kemenangan gerakan bersenjata Hizbullah dan sekutunya – termasuk Gerakan Patriotik Bebas (FPM) pimpinan Presiden Michel Aoun, sebuah partai Kristen – memenangkan 71 dari 128 kursi parlemen.
Hasil tersebut menarik Lebanon lebih dalam ke orbit Iran yang mendukung Hizbullah, menandai pukulan terhadap pengaruh Arab Saudi. (T/RI-1/P2)
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan