Beirut, MINA – Di saat Lebanon mengalami krisis ekonomi terburuk yang pernah ada dan mengarah pada kemiskinan massal serta meningkatnya kelaparan, Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Yves Le Drian datang berkunjung ke negara Arab itu, Rabu (22/7).
Kunjungan dua hari itu bertujuan menekan Pemerintah Beirut untuk melaksanakan reformasi yang telah lama tertunda dan memisahkan diri dari konflik regional, dua hal yang dipandang sebagai kunci untuk membuka bantuan internasional.
Pada Kamis, Menlu Perancis akan bertemu dengan para pemimpin Lebanon, termasuk Presiden Michel Aoun, Ketua DPR Nabih Berri dan Perdana Menteri Hassan Diab, demikian yang dikutip dari Al Jazeera.
Lebanon menjadi semakin terisolasi dari sekutu tradisional, termasuk negara-negara Teluk Arab yang prihatin dengan meningkatnya pengaruh Hizbullah yang didukung Iran, yang mendukung pemerintah Diab. Sementara donor Barat mengatakan, mereka siap membantu, tetapi pertama-tama ingin melihat reformasi.
Baca Juga: Israel Perintahkan Warga di Pinggiran Selatan Beirut Segera Mengungsi
Perancis telah lama bertindak sebagai pintu gerbang Lebanon ke komunitas internasional, pernah menyelenggarakan empat konferensi donor di Paris selama dua dekade terakhir yang menyatukan puluhan negara dan lembaga keuangan internasional.
Janji di konferensi-konferensi itu berjumlah hampir 24 miliar dolar AS, di mana 11 miliar dolar terkumpul pada konferensi CEDRE dua tahun lalu.
Lebanon telah menjadi kasus khusus bagi Perancis sebagai pijakan terakhir masa lalu kolonialnya di Timur Tengah. Banyak orang di Lebanon melihat Perancis sebagai “ibu yang berbelas kasih” di negara itu.
Pendudukan Perancis di negara itu dari tahun 1920 hingga 1943. (T/RI-1/P1)
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Mi’raj News Agency (MINA)