Beirut, MINA – Kementerian Ekonomi Lebanon menaikkan harga sembako bersubsidi untuk kelima kalinya dalam setahun di tengah memburuknya krisis ekonomi di negara itu.
Kementerian mengatakan, alasan di balik kenaikan terakhir adalah bahwa bank sentral telah mengakhiri subsidi gula, yang menambah biaya produksi roti. Demikian dikutip dari Al Arabiya, Rabu (23/6).
“910 gram (2 pon) roti akan dijual seharga 3.250 pon. Dulu dijual seharga 2.750 pound sebelum kenaikan terbaru, ” demikian dalam pernyataan Kementerian.
Bank sentral telah mengurangi subsidi karena cadangan mata uang asing telah turun dari AS $ 30 miliar pada awal krisis pada Oktober 2019, menjadi hampir AS $ 15 miliar pada saat ini.
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
Lebanon sedang bergulat dengan krisis ekonomi dan keuangan terburuk dalam sejarah modernnya, salah satu yang menurut Bank Dunia kemungkinan akan digolongkan sebagai salah satu yang terburuk di dunia dalam 150 tahun terakhir.
Bank Dunia mengatakan dalam sebuah laporan bulan ini, bahwa produk domestik bruto Lebanon diproyeksikan berkontraksi 9,5 persen pada 2021, setelah menyusut 20,3 persen pada 2020 dan 6,7 persen tahun sebelumnya.
Mata uang Lebanon telah kehilangan 90 persen nilainya, memecahkan rekor terendah awal bulan ini sebesar 15.00 pound Lebanon terhadap dolar di pasar gelap.
Nilai tukar resmi tetap 1.507 pound terhadap dolar.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Sebagian besar orang Lebanon mengalami penurunan daya beli dan lebih dari separuh penduduknya sekarang hidup di bawah garis kemiskinan. Mereka juga mengalami kekurangan bensin, obat-obatan dan produk vital lainnya.
Pemadaman listrik berlangsung hampir sepanjang hari. Pemerintah pada Juni tahun lalu menaikkan harga roti pipih, makanan pokok di Lebanon, lebih dari 30 persen untuk pertama kalinya dalam satu dekade. (T/Hju/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama