Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Lebaran sebentar lagi, hari yang dinanti-nanti. Beberapa daerah di Indonesia terutama di Jawa menggunakan istilah Lebaran untuk Idul Fitri.
Lebaran artinya usai, sudah, menandakan berakhirnya waktu puasa.
Lebaran berasal dari kata ‘lebar” yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Namun, yang perlu diperhatikan adalah jangan sampai lebaran dapat, nilai-nilai inadah puasa tidak berlanjut alias lubaran (bubaran).
Lebaran ke tempat wisata, bercampur lelaki perempuan, itu maknanya lebaran tapi imannya lubaran.
Lebaran tiba, makan foya-foya, tidak peduli sekitarnya, itu pun mengandung makna telah lubaran pula hakikat menahan diri Puasa sebulan penuh.
Ya, lebaran baju baru, makanan baru, uang baru dan semua serba baru. Tak terasa pamer segala yang baru itu. sementara yang kurang beruntung hanya tersenyum kecut.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Inikah makna lebaran? Apakah tidak dengan iman yang terbarukan karena telah dibahus dengan berbagai amalan kebajikan.
Pepatah Arab mengatakan:
لَيْسَ عِيْدُ لِمَنْ لَبِسَ الْجَدِيْدَ, بَلْ عِيْدُ لِمَنْ تَقْوَاهُ يَزِيْدُ
“Bukanlah ‘Ied itu untuk yang berpakaian baru semata. Namun sebenarnya ‘Ied itu yang bertambah takwanya”.
Apakah juga bukan dengan langkah-langkah baru menatap masa depan dengan berbagai program tarbiyah (pendidikan) diri, keluarga dan masyarakat serta bangsa ini. Bukan dengan langkah-langkah main-main dan senda gurau semata.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Ini bukan bermaksud mengurangi keceriaan bersama merayakan Hari Raya Idul Fitri. Namun lebih pada mengingatkan agar Hari Raya Idul Fitri memang benar-benar menjadi hari kembalinya iman, jiwa, rohani ke dalam fitrahnya sebagai hamba Allah, sebagai manusia yang telah bertaubat.
Wallahu a’lam bish shawwab. (RS2/P1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin