Gaza, MINA – Lebih dari 7.000 warga Palestina di Jalur Gaza menunggu pembukaan perlintasan darat Rafah agar bisa keluar untuk keperluan berobat atau keperluan kemanusiaan lainnya.
Sementara warga Palestina di sisi perlintasan Mesir, baik dari Mesir atau negara lain ingin kembali kepada keluarga mereka di Gaza. Menurut laporan Pusat Informasi Palestina (PIP), Ahad (31/1), penutupan rafah/">perlintasan Rafah sudah terjadi 65 hari berturut-turut.
Pemerintah Mesir menutup rafah/">perlintasan Rafah pada 27 November akhir tahun lalu setelah dibuka hanya tiga hari secara khusus dari dua arah.
Saat itu, otoritas pendudukan Israel hanya memberikan ijin keluar 2.696 orang dari Jalur Gaza dan 829 orang masuk ke Jalur Gaza. Sementara sebanyak 223 orang lain ditolak keluar masuk.
Baca Juga: Tentara Israel Cemas Jumlah Kematian Prajurit Brigade Golani Terus Meningkat
Sejak pertengahan Maret tahun lalu, pemerintah Mesir membuka rafah/">perlintasan Rafah tidak penuh atau sekitar total 88 hari dalam setahun.
rafah/">Perlintasan Rafah ditutup dengan alasan mencegah penyebaran virus corona. Padahal Mesir membuka perlintasan darat, udara dan laut untuk negara-negara lain dan tidak ditutup.
Senin lalu, juru bicara kementerian dalam negeri di Jalur Gaza, Eyad Bazam mengatakan, kementeriannya menunggu persetujuan pemerintah Mesir untuk membuka rafah/">perlintasan Rafah darat antara Mesir dan Jalur Gaza.
Ia menambahkan, komunikasi dengan pihak Mesir masih berlanjut namun tidak ada yang baru sampai detik ini.
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
rafah/">Perlintasan Rafah adalah jalan akses satu-satunya bagi warga pesisir di Jalur Gaza yang berjumlah lebih dari 2,2 juta warga.(T/R1/B04)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza