Kabul, MINA – Lebih dari 180 orang meninggal dunia dan 3.000 rumah hancur akibat banjir di Afghanistan selama sebulan terakhir, kata seorang juru bicara pemerintah, Kamis (25/8).
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan, skala kerusakan lebih parah karena salah urus infrastruktur oleh pemerintah sebelumnya.
Namun, pemerintahan Taliban yang kembali berkuasa setahun lalu juga berjuang untuk mengatasinya.
“Jika banjir dan kerugian meningkat, Imarah Islam Afghanistan tidak memiliki banyak sumber daya untuk menanggapi semua itu,” kata Mujahid pada konferensi pers di Kabul.
Baca Juga: MAPIM Kecam Mobilisasi Tentara Cadangan Israel di Gaza, Desak Aksi Segera PBB dan OKI
Hujan lebat telah melanda beberapa provinsi, dengan banjir terburuk di timur negara itu.
Puluhan orang Afghanistan meninggal setiap tahun dalam hujan lebat, terutama di daerah pedesaan yang miskin di mana rumah-rumah yang dibangun dengan buruk dapat dengan mudah runtuh.
Sejak Taliban menguasai Afghanistan, negara itu semakin terjerumus ke dalam krisis ekonomi dan kemanusiaan, diperburuk oleh pembekuan miliaran aset yang disimpan di luar negeri dan pemotongan dana bantuan.
Taliban meminta masyarakat internasional, khususnya negara-negara Muslim, untuk membantu pemerintah memenuhi kebutuhan para korban banjir. (T/RI-1/P2)
Baca Juga: Enam Orang Tewas Terinjak-injak dalam Insiden di Perayaan Lairai Zatra di India
Mi’raj News Agency (MINA)