Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih Dekat dengan Pilot Wanita Berhijab di TNI AD ( Bagian Kedua )

Zaenal Muttaqin - Jumat, 7 September 2018 - 19:48 WIB

Jumat, 7 September 2018 - 19:48 WIB

53 Views

pilot-300x225.jpg" alt="" width="401" height="301" /> Letda Cpn (K) Tri Ramadhani, Letda Cpn (K) Puspita Ladiba dan Letda Cpn (K) Feny Avisha, tiga pilot wanita berhijab di TNI AD (Foto: Zaenal/MINA)

Oleh Zaenal Muttaqin, wartawan Mi’raj News Agency (MINA)

Rani, Diba dan Feny sudah enam bulan menjalani pendidikan penerbangan di Pusat Pendidikan (Pusdik) Penerbangan Angkatan Darat (Penerbad) Semarang Jawa Tengah. Keseharian ketiganya selalu kompak dan saling mendukung dalam melaksanakan tugasnya.

“Kita harus mensyukuri apa yang diberikan oleh Allah, kami bisa di sini sebagai prajurit di korp penerbang adalah karunia Allah yang harus kita syukuri,” kata Rani.

Mereka patut bersyukur karena menjadi pilot wanita pertama di jajaran TNI AD. Sehingga mereka patut disebut pelopor, terlebih mereka mengenakan hijab.

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa

Rasa syukur itu mereka wujudkan dengan tekun belajar dan berlatih untuk dapat menguasai ilmu penerbangan. Prinsip mereka adalah melakukan pekerjaan yang terbaik bagi bangsa dan negara.

“Mungkin sulit untuk menjadi yang terbaik, tapi setidaknya apa yang kita lakukan untuk negara ini harus yang terbaik,” kata Rani yang dikuatkan dua rekannya, Diba dan Feny.

Menghadapi aturan yang ketat dan disiplin tinggi tidak menjadi kesulitan bagi tiga muslimah muda ini. Bahkan semakin bersyukur kepada Allah, karena telah mendapatkan pekerjaan dan karir tanpa harus bersusah payah mencarinya.

Mereka menyadari, bahwa banyak teman-temannya yang berpendidikan tapi saat ini belum mendapatkan pekerjaan dan masih mencari pekerjaan. Sementara Rani, Diba dan Feny telah mantap menjalani karirnya sebagai prajurit TNI AD di korp penerbang.

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

“Kami lulus Akmil tahun 2017 langsung menjadi prajurit, dan mendapatkan penghasilan atau gaji, ini semua harus kami syukuri,” ujar Feny.

Sebagai rasa syukurnya pula, ketiganya mengaku tak lupa mengeluarkan sebagian gajinya untuk zakat dan sodakoh pada kaum dhuafa. Untuk urusan zakat dan sodakohnya biasanya rutin dikirim ke orang tuanya untuk disalurkan ke tetangganya yang kurang mampu.

Menghadapi jadwal pelajaran yang padat setiap hari mereka mengaku biasa saja, tak dirasakan sebagai beban. Rasa jenuh dan bosan dapat mereka atasi dengan semangat untuk menjadi yang terbaik.

Menjalani latihan yang berat bahkan berbahaya juga tidak membuat ciut nyali dan semangatnya. Semua dapat diatasi dengan ilmu yang mereka pelajari.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

“Saat kita berlatih menerbangkan pesawat dengan ketinggian ribuan kaki, instruktur tanpa diduga mematikan mesin. Kondisi seperti itu tentu mengagetkan, tapi karena sudah dilatih bagaimana mengatasi masalah tak terduga atau berbahaya, dapat diatasinya,” kata Diba.

Rani, Diba dan Feny juga menyadari jika tugasnya cukup berat bahkan berbahaya, karenanya mereka semakin merasa dekat dengan Allah. Bahkan mereka berusaha untuk selalu dekat dengan Allah di mana saja berada, di udara saat menerbangkan pesawat helikopter atau pun di darat.

Tadarus membaca Al Quran merupakan rutinitas yang tidak mereka tinggalkan tiap hari di sela-sela ketatnya jam belajar. Ibadah sunnah shalat tahajud pun sering mereka lakukan.

Tak ketinggalan pula shalat sunnah Dhuha dijalankan di sela-sela jam belajar. Bahkan setiap akan menerbangkan pesawat selalu mengawali dengan shalat dua rakaat.

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

“Biasanya kami sambil menunggu giliran terbang, melakukan shalat dua rakaat di mushola yang ada di dekat hanggar pesawat,” kata Rani.

Tiga pilot muslimah berhijab di TNI AD siap menerbangkan pesawat Helikopter (Foto: Zaenal/MINA)

Sebelum menerbangkan Helikopter tak lupa berdoa kepada Allah dan berusaha untuk lebih dekat dengan pesawat yang akan diterbangkan. Memperlakukan dengan baik dan mengecek secara detail kondisi pesawat. Mulai dari kondisi luar hingga komponen dalam tiap jengkalnya tak luput dari pemeriksaan.

“Ketelitian dan kemampuan memahami kondisi peswat juga kunci kesuksesan menerbangkan pesawat,” kata Rani.

Sikap dan pribadi mereka yang taat beragama itu dibenarkan oleh Komandan Pusdik Penerbad Kolonel Cpn Catur Puji Santoso yang mengatakan, sering mendengar mereka sedang khusyu’ shalat tahajud sebelum waktu Subuh.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

“Kalau malam kami sering mendapatkan mereka sedang tahajud atau juga membaca Al Quran,” katanya.

Selain memiliki keunggulan karena mampu lolos seleksi menjadi pilot di TNI AD, ketiganya memilik karakter kepribadian yang baik dan taat beribadah. Jilbab yang mereka kenakan menjadi bukti keteguhan dan kekuatan pribadinya.

“Mereka sangat rajin berlatih dan disiplin tinggi sehingga rata-rata telah memiliki jam terbang 40 jam. Mereka juga solehah dan taat beribadah,” ungkap Catur.

Kepribadian mereka yang taat beragama juga didukung dengan suasana di Pusdik Penerbad yang menerapkan disiplin tinggi bukan hanya dalam belajar tapi juga dalam beribadah. Setiap datang waktu shalat, semua pekerjaan dan kesibukan harus dihentikan untuk melaksanakan ibadah.

Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?

“Di sini kami sudah terapkan setiap datang waktu shalat pekerjaan sementara berhenti dulu, dilanjutkan setelah shalat,” kata Catur.

Catur juga selalu mengarahkan bawahannya untuk banyak bersodakoh saat mendapatkan rejeki. Sodakoh biasanya disalurkan pada anak-anak yatim di panti asuhan.

“Di sini kalau ada yang syukuran baik dapat rejeki atau syukuran ulang tahun kami arahkan untuk bersodakoh pada anak yatim,” ujar Catur.

Rani, Diba dan Feny juga mengakui jika suasana relegius sangat terasa di Pusdik Penerbad. Hal itu membuat mereka makin betah menjalani proses pendidikan penerbangan.

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

Sehingga waktu pendidikan yang telah berlangsung enam bulan dan masih harus menjalani sekitar lima bulan lagi seakan tak terasa. Ketiganya berharap jejaknya dapat diikuti oleh generasi muda lainnya untuk menjadi pilot di TNI.

Kuncinya adalah tekad yang kuat dan memiliki prestasi belajar. Hijab bukan halangan untuk menjadi prajurit TNI, termasuk menjadi pilot di TNI. Itu semua telah mereka buktikan.

Ilmu pengetahuan seperti matematika juga bahasa Inggris biasanya diperlukan, karena menjadi pilot harus mampu melakukan perhitungan yang benar dan juga untuk bisa membaca panel pesawat menggunakan bahasa Inggris. Adapun ilmu keprajuritan dapat dipelajari setelah menjadi taruni di Akmil. (A/B05/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat

Rekomendasi untuk Anda

Khadijah
Indonesia
Internasional
Indonesia