Oleh Bahron Ansori, jurnalis MINA
Ibadah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
Dari Sa’ad bin Hisyambahwa dia pernah berjumpa dengan lbnu Abbas, dia bertanya kepadanya tentang shalat witir. Lalu ia menjawab, “Maukah kamu aku beri tahu penghuni bumi yang paling mengetahui tentang shalat witir Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam?”
Dia menjawab, “Ya, mau.”
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof. Anbar: Pendidikan Jaga Semangat Anak-Anak Gaza Lawan Penindasan
lbnu Abbas berkata, “Dia adalahAisyah. Datangi dan tanyakanlah hal itu kepadanya, dan kembalilah kepadaku untuk memberitahukan jawabannya kepadaku.” Kemudian dia (Hisyam) datang kepada Hakim bin Aflah untuk meminta menemaninya datang kepada Aisyah. Lalu ia menjawab, “Aku bukan tak mau mendekatinya. Aku pernah melarangnya untuk berbicara sesuatu tentang dua kelompok yang bertengkar, namun ia menolaknya, ia terus saja melakukan!” Lalu ia (Hisyam) bersumpah kepadanya, dan akhirnya dia mau datang kepada Aisyah bersamanya.
Lalu ia masuk ke tempat Aisyah. Kemudian Aisyah bertanya kepada Hakim, “Siapa yang bersamamu?” la menjawab, “Sa’ad bin Hisyam.” la bertanya lagi, “Hisyam yang mana?” la menjawab, “Anaknya Amir.” Lalu ia mendoakan baginya dan berkata, “Sebaik-baik lelaki adalah`Amir!”
Hakim bertanya, “Wahai Ummul Mukminin, kabarkanlah kepadaku tentang akhlak Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam?” Aisyah menjawab, “Bukankah kamu membaca Al Qur’an?” Hakim menjawab, “Ya.” Aisyah lalu berkata, “Akhlak Nabi Allah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam adalah Al Qur’an.” Aku ingin berdiri (pamit pulang), namun timbul keinginan untuk mengetahui cara Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam melakukan shalat malam.
Maka ia bertanya lagi, “Wahai Ummul Mukminin! Kabarkanlah kepadaku tentang shalat malam Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam?” Aisyah menjawab, “Bukankah kamu membaca surah Al Muzammil?” Hakim menjawab, “Ya.” Aisyah berkata, “Allah Azza wa Jalla mewajibkan shalat malam pada permulaan surah ini, lalu Rasulullah bersama para sahabatnya menegakkan shalat malam dengan sekuat tenaga sampai telapak kaki mereka membengkak. Kemudian Allah Azza wa Jalla menahannya -yang ujungnya dua belas bulan- lalu menurunkan keringanannya pada akhir surah ini (Al Muzammil), sehingga shalat malam yang semula hukumnya wajib menjadi sunnah.”
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Aku ingin berdiri, namun aku juga ingin mengetahui shalat witir Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, maka aku bertanya, “Wahai Ummul Mukminin! Kabarkanlah kepadaku tentang shalat witir Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam?” Aisyah menerangkan, “Kami mempersiapkan siwak dan air wudlunya, lalu Allah Azza wa Jalla membangunkannya sekehendakNya pada malam hari, kemudian beliau bersiwak dan berwudlu lalu mengerjakan shalat delapan rakaat tanpa ada duduk, kecuali pada rakaat kedelapan. Beliau berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla dan berdoa kepada-Nya, lalu mengucapkan salam dengan salam yang terdengar oleh kami. Kemudian beliau shalat dua rakaat sambil duduk- setelah salam, dan shalat lagi satu rakaat, sehingga berjumlah sebelas rakaat. Wahai anakku, setelah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam mencapai umur senja dan mulai gemuk, beliau mengerjakan witir tujuh rakaat, lalu shalat dua rakaat sambil duduk setelah salam, sehingga semuanya menjadi sembilan rakaat. Wahai anakku, bila Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam mengerjakan suatu shalat, maka beliau senang untuk melakukannya secara terus-menerus. Bila beliau berhalangan untuk shalat malam karena ketiduran atau sakit, maka beliau mengerjakan shalat dua belas rakaat pada siang harinya. Aku tidak mengetahui bahwa Nabi Allah pernah membaca Al Qur’an seluruhnya dalam satu malam. Aku juga tidak mengetahui bahwa beliau shalat malam secara sempurna hingga pagi, dan aku pun tidak mengetahui bahwa beliau berpuasa satu bulan penuh selain pada bulan Ramadlan.”
Lalu ia (Hisyam) datang kepada Ibnu Abbas dan menceritakan hal tersebut kepadanya. Dia mengomentarinya dengan berkata, “Beliau (Aisyah) benar. Seandainya aku yang masuk (datang) kepadanya pasti aku akan menemuinya sehingga dia (Aisyah) berbicara langsung kepadaku.” Abu Abdurrahman berkata, “Begitulah yang tertera dalam kitabku! Aku tidak mengetahui ini kesalahan siapa, dalam posisi witir Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.” (HR. Nasai).
Wudhu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
Menyempurnakan Wudhu
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Humran, maula (pelayan) Utsman bin Affan pernah melihat Utsman bin Affan meminta air wudhu’. Kemudian beliau berwudhu’ dengan cara menuangkan air pada kedua telapak tangan nya, lalu beliau mencucinya sebanyak tiga kali. Kemudian Utsman radhiallahu ‘anhu mengambil air dari bejana dengan tangan kanannya, lalu beliau berkumur-kumur (madhmadhah) dan beristinsyaq (menghirup air ke hidung).
Setelah itu beliau mencuci wajahnya tiga kali, lalu mencuci kedua tangannya sampai kedua sikunya tiga kali. Kemudian mengusap kepalanya, kemudian beliau mencuci kedua kakinya sebanyak tiga kali. Setelah itu Utsman bin Affan berkata, “Demikianlah aku melihat Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wasallam berwudhu’ seperti cara yang aku lakukan, kemudian Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wasallam bersabda, “Siapa yang berwudhu’ seperti wudhu’ku ini (sesuai dengan bimbinganku), sesudah itu dia sholat dua raka’at dengan penuh konsentrasi, tidak memikirkan yang lainnya, pasti ia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lampau.“(HR.Muslim).
Memperpanjang Anggota Wudhu
Abu Hurairah, berkata, “Saya mendengar Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasalam bersabda, “Sesungguhnya ummatku itu akan dipanggil pada hari kiamat dalam keadaan bercahaya wajahnya dan amat putih bersih tubuhnya karena bekas berwudhu’. Maka dari itu, siapa di antara kalian yang dapat memperpanjang cahayanya, maka hendaklah melakukannya dengan menyempurnakan berwudhu’ itu sesempurna mungkin.” (HR. Muttafaq ‘alaih)
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Taubat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
Zikir Setiap Waktu
‘Aisyahradhiyallahu ‘anha berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam senantiasa berdzikir kepada Allah setiap waktu.” (HR. Muslim).
Istighfar 70x
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Abu Hurairah berkata; saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya aku beristighfar (meminta ampunan) dan bertaubat kepada Allah dalam satu hari lebih dari tujuh puluh kali.” (HR. Bukhari).
Bertaubat 100x Sehari
Dari Aghar Al Muzani, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, ‘Sesungguhnya hatiku tertutup kabut (lupa). Sesungguhnya aku memohon ampun kepada Allah sebanyak seratus kali setiap hari.'” (HR. Muslim)
Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhu, dia berkata, “Sungguh, jika kami hitung dalam sekali pertemuan dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, beliau mengucapkan sebanyak seratus kali bacaan ‘Rabbighfirlii watub ‘alayya, innaka anta tawwaabur rahiim (Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan terimalah taubatku. Sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang).‘” (HR. Abu Daud).
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Bagaimana dengan kita hari ini yang masih berlumur dosa dan maksiat? Sudahkah kita menjadikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai idola dalam beristighfar dan bertaubat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala? Mari jadikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai idola kita dalam hidup saudaraku… Jangan sekali-kali meninggalkannya lalu menjadikan musuh-musuh Allah Ta’ala sebagai idola.(R02/P4)
Sumber: Ar Rasul, karya Said Hawwa
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat