Bogota, MINA – Media Kolombia pada Jumat (18/1) melaporkan, bahwa jumlah korban tewas akibat pemboman bunuh diri di Akademi Kepolisian meningkat menjadi 21 orang, sementara 60 orang yang terluka dalam ledakan itu.
El Tempo melaporkan, berdasrakan data polisi setempat. Penyelidik mencurigai pemberontak Tentara Pembebasan Nasional kiri (NLA) berada di belakang serangan bom itu.
Presiden Kolombia Ivan Duque mengatakan, bahwa negaranya akan meningkatkan pengawasan perbatasan dan keamanan di jalan menuju kota.
Dalam pidato yang disiarkan televisi, Duque bersumpah bahwa serangan “terhadap warga dan kebebasan kita” tidak akan dibiarkan begitu saja dan menyatakan berkabung di seluruh negeri selama tiga hari.
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu
Pengemudi truk yang sarat dengan bahan peledak diidentifikasi sebagai pria berusia 57 tahun yang dicurigai memiliki hubungan dengan Tentara Pembebasan Nasional (NLA).
“Kita tidak boleh berhenti sampai kita membawa teroris lain yang terlibat ke pengadilan,” kata Duque dan berjanji akan mengungkapkan lebih banyak informasi, Jumat (18/1).
Disebutkan bahwa, para teroris merencanakan serangan itu tiga bulan lalu bertepatan dengan kegiatan upacara para siswa di Akademi Kepolisian Jenderal Santander di selatan Bogota, lapor Albawaba.
Jaksa Agung Nestor Humberto Martinez mengatakan, pasukan keamanan Kolombia telah mengidentifikasi pengemudi mobil, menunjukkan bahwa ia bernama José Aldemar Rojas Rodríguez.
Baca Juga: Inggris Hormati Putusan ICC, Belanda Siap Tangkap Netanyahu
Dia mengatakan, pihak berwenang sedang menyelidiki motif di balik ledakan itu. Pelaku pemboman itu dilaporkan tewas dalam ledakan itu.
Sementara Kementerian Luar Negeri mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa di antara yang terluka, menurut laporan televisi berjumlah 87 orang, ada dari Ekuador dan dua dari Panama.
Beberapa negara mengutuk serangan itu, termasuk Ekuador, Panama, Argentina, Venezuela, dan Amerika Serikat.
“Kami menyatakan belasungkawa, belasungkawa kami … solidaritas kami dengan teman dan mitra kami, dan orang-orang dan polisi Kolombia,” kata Kimberley Preier, asisten menteri luar negeri dalam tweet di Twitter.
Baca Juga: Guido Crosseto: Kami akan Tangkap Netanyahu Jika Berkunjung ke Italia
Kolombia belum mengalami serangan besar seperti itu sejak 2006, media lokal melaporkan.
Sebuah serangan terhadap kantor polisi menewaskan lima orang di kota utara Barranquilla tahun lalu. Bogota belum pernah mengalami serangan besar-besaran terhadap polisi atau militer selama lebih dari satu dekade.
Tentara Pembebasan Nasional (NLA), yang diperkirakan memiliki sekitar 1.500 pejuang, adalah kelompok pemberontak terakhir yang secara resmi hadir di Kolombia, di mana mantan Presiden Juan Santos menandatangani perjanjian damai dengan FARC terbesar pada tahun 2016.
NLA telah melakukan serangan besar di masa lalu, tetapi baru-baru ini melancarkan serangan yang lebih kecil dan menargetkan infrastruktur minyak dan jalan, serta penculikan. (T/B05/P1)
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)