Ledakan di Mukha Tewaskan Tujuh Orang, Termasuk Seorang Juru Kamera

, MINA – Setidaknya tujuh warga sipil , termasuk seorang juru yang bekerja untuk media Emirat, tewas dalam di sebuah pasar di kota pesisir Mukha, yang berada di bawah kendali pasukan pro-pemerintah, kata sumber militer dan medis Selasa (29/1).

Ledakan yang juga melukai lebih 20 orang lainnya itu terjadi pada Senin (28/1) malam dan disebabkan oleh alat peledak yang ditempatkan pada sepeda motor dan dikendalikan dari jarak jauh.

Sepeda motor itu diparkir di tengah pasar yang ramai di dekat pantai Laut Merah, kata seorang pejabat pemerintah, seperti dilaporkan Albawaba yang dikutip MINA.

Menteri Informasi Muammar Al-Iryani mengatakan, Ziyad Al-Sharabi, seorang fotografer untuk saluran berita Abu Dhabi, tewas dalam ledakan itu, sementara Faisal Al-Dhahbani, koresponden media yang sama, terluka, kata kantor berita resmi Saba melaporkan.

Kantor berita resmi UEA, WAM, mengkonfirmasi terbunuhnya Sharabi dalam serangan itu, dan menuduh kelompok berada di belakangnya. Sementara belum ada fihak manapun yang mengklaim pemboman itu.

Menurut pejabat militer dan seorang dokter di kota itu, serangan tersebut menewaskan sedikitnya enam warga sipil, sementara Iryani mengatakan 20 orang terluka.

Kota Mukha di pantai Laut Merah telah mengalami stabilitas keamanan sejak pasukan pemerintah mendapatkan kembali kendali atas pemberontak Houthi pada Juli 2017 lalu.

Kota ini memiliki pusat militer untuk pasukan pemerintah dan pasukan militer Arab, terutama pasukan UEA, yang memimpin operasi militer terhadap pemberontak yang didukung Iran di pantai Laut Merah.

Ini adalah pusat serangan di kota Hodeidah, 150 km utara, yang pasukan pemerintah telah berusaha untuk memulihkan selama berbulan-bulan.

Perang antara pasukan pro-pemerintah dan pemberontak dimulai pada 2014 setelah kelompok Houthi menguasai wilayah-wilayah luas negara miskin itu, termasuk ibu kota Sanaa dan kota Hodeidah.

Konflik meningkat dengan intervensi aliansi militer pimpinan Saudi dalam perang ini pada Maret 2015.

Sejak itu, sekitar 10.000 orang tewas dalam perang itu, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sementara kelompok-kelompok hak asasi manusia independen mengatakan jumlah korban tewas sebenarnya bisa lima kali lipat.

Konflik telah memungkinkan kelompok-kelompok ekstremis termasuk Al-Qaeda untuk memperkuat pengaruhnya di Yaman, mengambil keuntungan dari kekacauan yang diciptakan oleh perang. Kelompok-kelompok ini telah mengadopsi beberapa pemboman di berbagai daerah selama empat tahun terakhir. (T/B05/R01)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.