Derna, MINA – Kelompok-kelompok lembaga kemanusiaan memperingatkan tentang meningkatnya risiko yang ditimbulkan oleh penyebaran penyakit yang dapat memperburuk krisis kemanusiaan di Libya, seiring harapan menemukan lebih banyak orang yang selamat memudar beberapa hari setelah banjir yang mematikan.
Banjir yang terjadi pada Ahad (10/9) menenggelamkan kota pelabuhan Derna, menghanyutkan ribuan orang dan rumah ke laut, setelah dua bendungan di bagian hulu jebol akibat tekanan hujan deras yang dipicu oleh badai, The New Arab melaporkan.
Jumlah korban tewas yang saling bertentangan telah dilaporkan, dengan para pejabat di bagian timur negara yang terpecah tersebut memberikan perkiraan yang berbeda. Walikota Derna mengatakan jumlah korban mencapai 11.300 jiwa, sementara pejabat lainnya menyebutkan setidaknya 6.000 orang tewas. Ada ribuan orang yang masih hilang.
Organisasi-organisasi bantuan seperti Islamic Relief dan Doctors Without Borders (MSF) telah memperingatkan, di masa mendatang bisa saksikan penyebaran penyakit serta kesulitan besar dalam menyalurkan bantuan kepada mereka yang paling membutuhkan.
Baca Juga: Puluhan Anggota Kongres AS Desak Biden Sanksi Dua Menteri Israel
Islamic Relief memperingatkan akan adanya “krisis kemanusiaan kedua” setelah banjir, dengan menunjuk pada “meningkatnya risiko penyakit yang ditularkan melalui air dan kekurangan makanan, tempat tinggal dan obat-obatan”.
“Ribuan orang tidak punya tempat untuk tidur dan tidak punya makanan,” kata Salah Aboulgasem, wakil direktur pengembangan mitra organisasi tersebut.
“Dalam kondisi seperti ini, penyakit dapat menyebar dengan cepat karena sistem air terkontaminasi,” tambahnya. “Kota ini berbau kematian. Hampir semua orang kehilangan seseorang yang mereka kenal.”
Sementara itu MSF mengatakan, pihaknya mengerahkan tim ke wilayah timur untuk menilai air dan sanitasi.
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas
“Dengan kejadian seperti ini kita benar-benar khawatir terhadap penyakit yang berhubungan dengan air,” kata Manoelle Carton, Koordinator Medis MSF di Derna, yang menggambarkan upaya untuk mengoordinasikan bantuan “kacau”.
Namun, Palang Merah dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa bertentangan dengan kepercayaan luas, jenazah korban bencana alam jarang menimbulkan ancaman kesehatan. (T/RI-1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Lebih dari 10.000 Warga Israel Bermigrasi ke Kanada Sejak Awal Tahun Ini