Pasuruan, MINA – Musibah Kapal Selam Nanggala 402 membuat keluarga Lettu Muhammad Imam Adi Aji menjadi waswas. Ia adalah salah satu awak kapal selam itu bersama kru lainnya belum ada kabarnya. Sampai kemudian, Ahad (25/4) siang diumumkan ke 53 awak sudah tewas. Kapal selam itu semula dikabarkan hilang kontak di kedalaman Laut utara Bali. Ternyata tenggelam. Pecah.
Video Imam sebelum berangkat dari rumah sempat jadi viral. Memperlihatkan anaknya menyuruhnya masuk kamar kembali dan menutup pintu, melarangnya pergi dinas.
Imam Adi alumnus SMA Muhammadiyah 1 Kota Pasuruan. Kelahiran Desa Semare, Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan.
”Dia daftar Angkatan Laut pada tahun 2011 dan wisuda pada 2015. Sebelum berdinas di KRI Nanggala 402, ia terlebih dahulu bertugas di KRI Pattimura pada 2015. Baru pada 2017, ia berpindah tugas ke KRI Nanggala-402,” kata Kepala SMA Muhammadiyah 1 Kota Pasuruan Ir Indriati Catur usai silaturahim ke rumahnya orangtua Imam Adi, dalam laporan PWMU, Ahad (25/4).
Baca Juga: Pak Jazuli dan Kisah Ember Petanda Waktu Shalat
Dia menjelaskan, Imam Adi adalah anak sulung dari tiga bersaudara. Ayahnya bernama H. Edy Sujianto dan ibunya Umi Azizah. Lahir di Pasuruan, 7 Februari 1992.
Indriati Catur menjelaskan, dia anak yang saleh. Sehabis shalat Subuh di masjid langsung membantu orangtuanya membersihkan halaman dan mengepel. Bahkan suka mencuci dan menyetrika baju sendiri. Setrikanya licin.
”Sesudah dinas di AL pun apabila pulang ke rumah, ia langsung membantu orangtuanya sampai menyikat kamar mandi segala. Puasa Senin-Kamis tidak pernah ditinggalkan,” tuturnya.
Masuk SMA Muhammadiyah 1 Kota Pasuruan tahun 2006. Lulus tahun 2009. ”Masa SMA yang masih saya ingat, Imam anak yang selalu gembira, rajin dan menyenangkan. Ketika sudah diterima di AL usai pulang pendidikan dari Australia, dia berkunjung ke SMA untuk berbagi ilmu,” cerita dia.
Baca Juga: Jalaluddin Rumi, Penyair Cinta Ilahi yang Menggetarkan Dunia
Pendidikan di Luar Negeri
Menurut dia, masuk ke AL memang sudah cita-cita Imam Adi. Awalnya tidak lolos seleksi. Lalu ikut SNMPTN tahun 2009 diterima di jurusan Hubungan Internasional Universitas Brawijaya. Selama 4 semester bisa mencapai nilai IP 3,80.
Ada peristiwa lucu. Melihat nilai IP itu, ayahnya, H. Edy, marah. Nilai kok rendah sekali. Imam juga diam tidak membantah. Setelah dijelaskan kerabatnya bahwa nilai di perguruan tinggi nilai IP paling tinggi 4,0, ayahnya baru paham.
”Di Malang saat kuliah mencari tempat kost dekat masjid,” ujarnya.
Baca Juga: Al-Razi, Bapak Kedokteran Islam yang Mencerdaskan Dunia
Imam Adi selama di AL sudah melakukan perjalanan dinas dengan kapal perang dan ikut pendidikan di luar negeri seperti ke Korea, India, dan Los Angeles. Dari 150 peserta yang ingin belajar di LA, yang lolos 2 orang termasuk Imam.
Diceritakan, sebelum berangkat bertugas di Kapal Selam Nanggala 402, Imam Adi pamitan dengan keluarga. Kepada ayahnya ia pamitan melalui video call hari Senin. ”Yah, saya mau berangkat. Mohon doanya ya.”
”Iya, Nak,” tutur Edy, ayahnya . ”Hati-hati dan jaga shalat. Semoga selamat.”
Pamitan ini selalu Imam lakukan saat akan bertugas. Kali ini ternyata Imam tak kembali lagi. (AK/R1)
Baca Juga: Abdullah bin Mubarak, Ulama Dermawan yang Kaya
Mi’raj News Agency (MINA)