Tel Aviv, 3 Rabiul Awwal 1436/25 Desember 2014 (MINA) – Menteri Luar Negeri Israel, Avigdor Lieberman mengatakan, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah gagal melakukan perdamaian dengan Palestina dan akan membawa Israel pada bencana diplomatik.
“Kita harus mencapai kesepakatan diplomatik, bukan karena Palestina atau orang Arab, tetapi karena orang-orang Yahudi,” kata Lieberman dalam pertemuan tertutup di Tel Aviv University.
Dia menambahkan, tidak adanya kesepakatan Israel-Palestina akan semakin memutuskan hubungan dengan Uni Eropa dan merusak ekonomi Israel sebagai dampaknya. surat kabar Haaretz melaporkan dan dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Kamis.
“Hal ini penting bagi hubungan kita dengan Uni Eropa dan Amerika Serikat. Bagi siapa saja yang tidak tahu, pasar terbesar kami adalah Uni Eropa, baik ekspor dan impor. Saya senang dengan apa yang kami lakukan dengan Cina, sudah ada pertumbuhan dalam perdagangan kita dengan mereka. Tapi pada akhirnya, pasar terbesar kami adalah Uni Eropa,” tambah ketua Partai Yisrael Beiteinu itu.
Baca Juga: Pengadilan Tinggi Israel Perintahkan Netanyahu Tanggapi Petisi Pengunduran Dirinya
Pekan lalu, parlemen Eropa mengadopsi resolusi yang tidak mengikat mengakui negara Palestina dan solusi dua-negara pada prinsipnya, selama kemajuan pembicaraan damai.
Hal itu mencerminkan frustrasi Eropa dengan kebijakan Israel terhadap Palestina dan permukiman ilegal yang terus berkembang di wilayah Palestina.
“Lihatlah apa yang terjadi dengan Rusia,” kata Lieberman, dalam referensi pada sanksi Uni Eropa yang dikenakan untuk Rusia sebagai akibat dari krisis di Ukraina.
Bencana Diplomatik
Baca Juga: Sejumlah Jenazah di Makam Sementara Dekat RS Indonesia Hilang
Avigdor Lieberman menekankan, mempertahankan hubungan ekonomi yang baik dengan Eropa tergantung pada pemeliharaan hubungan diplomatik yang baik.
“Ini tidak bekerja, dan kita harus menginternalisasi ini. Ketika hubungan diplomatik memburuk, Anda melihat apa yang terjadi pada perekonomian. Saya bisa mengutip contoh yang paling dekat dengan saya, Rusia,” kata Lieberman, yang lahir di negara bekas Uni Soviet itu tetapi kemudian berimigrasi ke Israel pada tahun 1978.
“Semakin maju negara, semakin sensitif keputusan politik atau perubahan dalam hubungan ekonomi berdasarkan perjanjian dan kesepakatan,” katanya menambahkan.
Lebih lanjut, menurutnya, banyak opsi perdamaian dan itu adalah solusi bagi Israel untuk mengejarnya. “Kita perlu mengakhiri semua argumen ini dan mencapai kesepakatan dengan seluruh lingkungan kita,” ujarnya.
Baca Juga: Roket Hezbollah Hujani Tel Aviv, Warga Penjajah Panik Berlarian
Dia mengatakan, kebijakan Netanyahu telah gagal, “Saya menghormati Netanyahu, namun pendekatan presentasiku lebih benar pada saat ini.”
Ketika ditanya apakah Israel menghadapi bencana diplomatik, Lieberman menjawab lebih jauh dari bencana.
“Tapi jika kita tidak memulai, kita akan terkena bencana. Inisiatif ini harus menjadi kesepakatan regional yang komprehensif,” tegasnya.
Awal bulan ini, Netanyahu menyatakan pemilihan baru dua tahun lebih cepat dari jadwal. Pengumuman itu datang pada saat meningkatnya kekerasan antara Palestina dan Israel dan memperdalam keputusasaan prospek perdamaian.
Baca Juga: Sebanyak 1.000 Dokter dan Perawat Gugur akibat Agresi Israel di Gaza
Menjelang pemilu mendatang, suasana perpolitikan di Israel semakin panas, saling serang antara partai semakin gencar. Beberapa waktu lalu, Netanyahu menyerang rival politiknya Tzipi Livni dan Isaac Herzog dari partai Hatauna dan Buruh dengan menyatakan bahwa meraka akan menyerahkan Al-Quds kepada Palestina.
Livni dan Herzog segara membantahnya dengan menyatakan, Netanyahu sengaja menggolontorkan isu tersebut untuk mengembalikan kepercayaan publik yang telah hilang kepada partai Likud pimpinan Netanyahu tersebut.(T/P011/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Kembali Ajukan Penundaan Sidang Kasus Korupsinya