JAKARTA, MINA – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kembali mencatatkan sejarah penting dalam dunia ilmu pengetahuan Indonesia dengan mengukuhkan lima Peneliti Ahli Utama sebagai Profesor Riset. Kelima ilmuwan tersebut adalah: A. Arivin Rivaie, Djunijanti Peggie, Woro Riyadina, Parwati, dan Aris Mukimin, yang telah menunjukkan dedikasi tinggi di bidang kepakaran masing-masing.
Dalam acara pengukuhan yang diselenggarakan di Jakarta, Rabu (16/7), para peneliti menyampaikan orasi ilmiah yang mencerminkan hasil riset strategis dan aplikatif demi menjawab berbagai tantangan nasional, mulai dari krisis pangan, lingkungan, hingga kesehatan masyarakat.
A. Arivin Rivaie dari Pusat Riset Tanaman Pangan memaparkan potensi pemanfaatan lahan kering masam seluas 7,36 juta hektare di Indonesia melalui teknologi fosfo-kompos. Dalam orasi ilmiahnya yang berjudul Akselerasi Inovasi Teknologi Fosfo-kompos dalam Meningkatkan Produktivitas Lahan Kering Masam.
“Teknologi fosfo-kompos dapat memperkuat ketahanan pangan nasional, sekaligus mendukung pembangunan pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan,” ujar Arivin.
Baca Juga: DPR Dorong Akselarasi Asrama Haji Cipondoh Tangerang
Djunijanti Peggie dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi mengangkat pentingnya konservasi kupu-kupu Indonesia yang memiliki tingkat endemisitas tertinggi di dunia, dengan sekitar 650 spesies endemik.
Dalam orasinya berjudul Biodiversitas, Konservasi, dan Akselerasi Pengetahuan Kupu-kupu Indonesia, ia menyampaikan enam pencapaian utama riset kupu-kupu, termasuk penemuan spesies baru dan pengembangan aplikasi seluler Kupunesia untuk mendukung pelibatan masyarakat.
“Strategi sains warga berbasis teknologi ponsel merupakan terobosan untuk mempercepat pendataan dan konservasi spesies kupu-kupu Indonesia,” katanya.
Peneliti epidemiologi PTM, Woro Riyadina dari Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi, menyampaikan pendekatan baru berbasis model biopsikososial untuk prediksi dan pencegahan stroke di Indonesia.
Baca Juga: Dai Perbatasan Aceh Dibekali Keterampilan Wirausaha Mandiri
Orasinya berjudul Model Prediksi dengan Pendekatan Biopsikososial dalam Menurunkan Risiko Stroke di Indonesia mengungkap bahwa intervensi terhadap faktor hipertensi, stres, dan aktivitas fisik dapat mencegah 77 persen kasus stroke.
“Pendekatan komprehensif ini bukan hanya melihat aspek biologis, tapi juga psikologis dan sosial budaya masyarakat,” terang Woro.
Parwati dari Pusat Riset Geoinformatika menekankan pentingnya teknologi penginderaan jauh dalam mengelola kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Dalam orasinya yang berjudul Smart Monitoring Berbasis Teknologi Satelit Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia, ia menyatakan bahwa model satelit yang dikembangkan timnya mampu bekerja di semua tahapan bencana.
Baca Juga: KBRI Tokyo Klarifikasi Isu Pekerja Indonesia di Jepang dan Imbau WNI Jaga Nama Baik Bangsa
“Integrasi kecerdasan buatan dan sensor generasi baru akan membuat sistem ini semakin akurat dan efisien,” katanya.
Aris Mukimin dari Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih memperkenalkan teknologi elektrokimia sebagai solusi pengolahan air limbah industri, termasuk limbah yang sulit terurai seperti zat warna dan antibiotik.
Melalui orasinya Aplikasi Teknologi Elektrokimia untuk Peningkatan Pengolahan Air Limbah Industri, ia menekankan pentingnya penerapan teknologi ini agar industri patuh terhadap regulasi dan berkontribusi pada pelestarian lingkungan.
“Teknologi ini dapat menjadi alternatif efektif bagi industri yang mengalami kendala dalam pengolahan limbahnya,” jelas Aris.
Baca Juga: Prabowo Sebut Kesepakatan 19% Tarif Ekspor ke AS untuk Kepentingan Rakyat
Pengukuhan kelima peneliti ini menjadi momentum penting bagi penguatan peran BRIN dalam mendukung riset strategis nasional, sekaligus menunjukkan bahwa inovasi berbasis ilmu pengetahuan mampu memberikan solusi nyata untuk Indonesia yang lebih maju dan berkelanjutan. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Ratusan Santri MI Al-Fatah Cileungsi, Bogor Antusias Ikuti Simulasi Gempa