Jakarta, MINA – Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina (ARI-BP) menyelenggarakan Aksi Hari Solidaritas Internasional untuk Tahanan Palestina di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta pada Sabtu (3/8).
ARI-BP merupakan gabungan dari berbagai ormas dan lembaga kemanusiaan di Indonesia.
Dalam aksi yang diikuti oleh puluhan ribu masyarakat sipil itu, mereka menyuarakan lima poin pernyataan sikap, yaitu:
1. Mengajak masyarakat dan dunia internasional agar lebih peduli terhadap warga Gaza dan Palestina yang ditahan Israel, serta agar lebih aktif mengultimatum Israel membebaskan para tahanan Palestina.
Baca Juga: Rekor Baru MURI: 44.175 ASN Jabar Pakai Sarung Tenun, Bukti Cinta Budaya Lokal
2. Menuntut agar dihentikannya genosida terhadap Gaza, serta dibukanya blokade terhadap Jalur Gaza secara permanen.
3. Mengecam pembunuhan terhadap para pemimpin Gaza dan Palestina oleh Israel, terutama pembunuhan terhadap Ismail Haniyeh, mantan Perdana Menteri Palestina, pada 31 Juli 2024 di Teheran, Iran.
4. Menyerukan dunia internasional agar mendesak Israel mematuhi fatwa hukum ICJ untuk mengakhiri pendudukannya yang ilegal dan segera hengkang dari tanah Palestina, melakukan ganti rugi terhadap para korban penjajahan dari pihak Palestina, termasuk mengembalikan tanah-tanah yang diambil sejak 1967 serta memperbolehkan seluruh warga Palestina yang diusir dari rumahnya untuk kembali.
5. Kami menyerukan Indonesia dan juga seluruh negara-negara anggota OKI, agar segera mengirimkan bantuan militer ke Jalur Gaza untu menyelamatkan warga Gaza dari pembunuhan brutal Israel.
Baca Juga: Indonesia Dukung Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant
Pernyataan sikap itu ditandatangani oleh sejumlah tokoh antara lain selaku Komite Pengarah ialah Muhammad Sirajuddin Syamsuddin, Hidayat Nur Wahid, Sudarnoto Abdul Hakim, Sabriati Aziz, Ahmad Sadeli Karim, serta Syifa Fauzia.
Kemudian sebagai Komite Eksekutif yaitu Muhammad Zaitun Rasmin, Oke Setiadi, Nashirul Haq Marling, Nuruzzaman, Nazar Haris, Sudarnoto Abdul Hakim, Mohamad Faisal Nursyamsi, dan Muhammad Dwiki Dharmawan Sastrawidjaja.
Dari pantauan MINA di lapangan, aksi solidaritas Palestina itu dimulai pukul 06.30 WIB. Kemudian pada 09.30 WIB aksi tersebut ditutup dengan doa dan massa aksi mulai membubarkan diri.
Aksi tersebut dilaksanakan pada 3 Agustus menyusul seruan Ismail Haniyeh pada Senin (29/7) lalu, dua hari sebelum kesyahidannya.
Baca Juga: Gandeng MER-C dan Darussalam, AWG Gelar Pelatihan Pijat Jantung
Haniyeh menjelaskan bahwa penetapan 3 Agustus sebagai hari solidaritas dengan Gaza dan para tahanan merupakan respons terhadap genosida yang dilakukan “pendudukan Nazi-Zionis” terhadap rakyat Gaza yang hingga kini masih terjadi dan memasuki bulan ke-10.
Penetapan tersebut sekaligus merespons tingginya jumlah tahanan yang tewas di penjara dan pusat penahanan Israel, yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Seruan ini muncul karena dunia bungkam dan tidak mampu menghentikan perang yang agresif terhadap rakyat dan tahanan kami ini serta bias, dukungan dan kemitraan penuh dari pemerintah AS dalam agresi ini dan kegagalan lembaga HAM dan kemanusiaan untuk bertanggung jawab dalam memberikan dukungan dan pertolongan kepada rakyat kami di Gaza dan tahanan kami di penjara musuh Zionis,” ucap Haniyeh.
Dia berharap agar 3 Agustus menjadi hari yang berpengaruh dan penting di seluruh Palestina dan dunia Arab.
Baca Juga: Doa Bersama Menyambut Pilkada: Jateng Siap Sambut Pesta Demokrasi Damai!
Haniyeh juga menekankan pentingnya dan perlunya partisipasi aktif warga Palestina, dunia Arab, kaum Muslim dan seluruh dunia untuk memaksa rezim pendudukan menghentikan perang.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Cuaca Jakarta Berpotensi Hujan Sore Hari Ini