Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lima Serangan Pedas Iran Balas AS

Rudi Hendrik - Kamis, 24 Mei 2018 - 15:53 WIB

Kamis, 24 Mei 2018 - 15:53 WIB

7 Views

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei membaca buku tentang Presiden AS Donald Trump. (Foto: Istagram/Getty)

Oleh: Rudi Hendrik, wartawan Mi’raj News Agency (MINA)

 

Kepemimpinan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) membuat permusuhan dengan Iran kian meruncing, setelah di era Barack Obama mereda dengan disepakatinya perjanjian nuklir Teheran di Wina pada tahun 2015.

Perundingan antara Iran dan enam kekuatan dunia – Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Cina, Rusia dan Jerman – dimulai pada tahun 2006.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya

Kelompok P5+1 menginginkan Iran mengurangi kegiatan nuklir yang merupakan isu peka untuk memastikan negara tersebut tidak bisa membuat senjata nuklir.

Iran yang menginginkan sanksi internasional yang melumpuhkannya dicabut, selalu mengatakan kegiatan nuklirnya untuk tujuan damai.

Dengan kesepakatan itu, sanksi terhadap Iran dicabut, sebagai imbalannya, Teheran membatasi pengayaan uraniumnya dan memberi izin kepada badan pengawas untuk meninjau program nuklirnya.

Namun, semua berubah menjelang masa perbaharuan kesepakatan pada 12 Mei lalu. Trump berulang kali dan dengan keras mengecam kesepakatan nuklir yang dinilainya lemah, dinegosiasikan dengan buruk, dan ‘gila’.

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa

Sekutu Eropa AS pun gagal membujuk Trump untuk tetap bertahan di dalam kesepakatan itu.

Pada hari Selasa, 8 Mei 2018, Trump secara sepihak mengumumkan dengan resmi keluarnya AS dari kesepakatan nuklir Iran.

Dengan keluarnya AS, maka administrasi Trump pun segera menyiapkan penerapan sanksi terbaru bagi Iran.

Melalui Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, AS mengumumkan akan menerapkan “tekanan keuangan yang belum pernah terjadi sebelumnya” terhadap Iran dengan “sanksi terkuat dalam sejarah”, jika Teheran tidak mengubah arah.

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

Dalam pidato kebijakan luar negeri pertamanya sejak ia menjabat, Senin, 21 Mei, Pompeo melontarkan kecaman terhadap Iran.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo. (Foto: dok. Breaking News)

Berbicara di Heritage Foundation, Pompeo mengatakan, AS akan memastikan Iran tidak memperoleh senjata nuklir.

Dia juga bersumpah bahwa AS akan “menghancurkan” proxy Iran di seluruh dunia, termasuk Hizbullah Lebanon.

AS pun mengancam sanksi terhadap perusahaan-perusahaan Eropa yang bekerja sama dengan Iran.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Barack Obama segera mengkritisi keputusan Trump. Ia menyatakan kekhawatirannya bahwa keputusan Trump tidak hanya merenggangkan hubungan AS dengan sekutunya di Eropa, tapi juga berpotensi menyebabkan perang lain di Timur Tengah.

“Karena itu, saya menyebut keputusan yang dibuat hari ini (8 Mei) adalah sesat,” kata Obama.

Menentang langkah Washington, Uni Eropa meluncurkan “UU pemblokiran” yang membuat sanksi dan ketetapan AS terhadap Iran tidak bisa mempengaruhi negara-negara anggota Uni Eropa. Mereka memilih untuk tetap setia mempertahankan kesepakatan nuklir tersebut.

Pompeo kemudian menguraikan 12 tuntutan kepada Pemerintah Iran agar AS mengakhiri sanksi serta memulihkan hubungan diplomatik dan komersial.

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Sanksi itu di antaranya mengakhiri dukungan Iran kepada pemberontak Houthi Yaman dan Hizbullah Lebanon, menarik pasukan yang didukung Iran di Suriah, perlucutan senjata milisi yang didukung Iran di Irak, membebaskan warga AS yang ditahan di Iran, mengakhiri pengayaan uranium dan menghentikan program rudal balistiknya.

Termasuk Iran harus menyediakan akses bagi Badan Energi Atom Internasional (IAEA) di seluruh negeri untuk inspeksi.

Lima serangan balik Iran untuk AS

Dalam menanggapi ancaman sanksi baru dari AS yang katanya akan menjadi terkuat dalam sejarah, Iran telah tampil dengan tanggapan kreatifnya sendiri melawan Donald Trump.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Pertama, “Iran akan berunding dengan dua kekuatan super dunia, Rusia dan Cina.”

Presiden Rouhani menyampaikan pukulan menyengat itu dalam sebuah pernyataan segera setelah Trump mengumumkan keputusannya untuk menarik diri dari kesepakatan nuklir.

Kedua, Komandan Militer Iran Muhammad Bagheri menyebut para pemimpin AS “tidak setia, kejam, kriminal, terisolasi, pemarah, korup.” Komentar pedas itu menanggapi ancaman yang dikeluarkan oleh Pompeo terkait sanksi untuk Teheran.

Bagheri menyebut Washington tidak cukup berani untuk menghadapi militer Iran.

Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?

Ketiga, seorang penasihat militer yang menolak ancaman Pompeo mengatakan, “Orang-orang Iran akan memberikan pukulan kuat kepada mulut Menteri Negara Amerika dan siapa saja yang mendukungnya.”

Keempat, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei membaca buku tentang Presiden Trump.

Setelah Trump bersumpah untuk menerapkan kembali sanksi yang lebih keras terhadap Iran daripada sebelumnya, Khamanei mengunggah snap Instagram kepada dua juta pengikutnya yang menunjukkan dia dengan santai membaca terjemahan Persia dari buku “Fire and Fury: Inside the Trump White House“.

Buku karya Michael Wolff yang kontroversial itu menggambarkan Gedung Putih di bawah Trump dalam keadaan kekacauan yang konstan.

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

Kelima, “Trump akan dimakan oleh cacing”. Ayatollah Khamenei mengakhiri pidato panjangnya dengan sebuah serangan menyengat melawan Trump.

“Tubuh Trump akan dimakan oleh cacing dan hewan pengerat,” kata Khamenei. “Tetapi Republik Islam masih akan berdiri, lebih kuat dari sebelumnya.” (A/RI-1/B05)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat

Rekomendasi untuk Anda

Palestina
Internasional
Internasional
Dunia Islam
Kolom
Kolom
Khadijah