LIMA TEMBAKAN PELURU PENYEBAB TEWASNYA PAR GYI

pembongkaran makam Par Gyi disaksikan banyak para aktivisNaypidaw, 16 Muharram 1435/9 November 2014 (MINA) – Penggalian makam Par Gyi, wartawan freelance Myanmar yang tewas beberapa bulan lalu, menemukan lima luka peluru meradang di tubuhnya, kata seorang dokter yang terlibat dalam otopsinya  kepada Naw Ohn Hla, kepala Jaringan dan Perdamaian Perempuan dan isteri Par Gyi,  Ma Thandar.

“Menurut dokter satu peluru melewati dagu ke kepala; dua ditembak melalui punggungnya dan keluar melalui dada; satu berada di pahanya; dan satu di pergelangan kakinya, ” katanya kepada Democratic Voice of Burma dan dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA). “Dia mengatakan kepada kami bahwa tembakan dari belakang telah menembus rusuk Par Gyi.”

Laporan Democratic Voice of Burma mengatakan, hingga saat ini belum ada laporan forensik resmi yang dikeluarkan.

Jasad wartawan Par Gyi  digali dari kuburannya di lapangan di Kyaikmayaw di Negara Bagian Mon, Rabu (5/11) kemudian dibawa ke Rumah Sakit Moulmein untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Menurut saksi mata Nay Myo Zin, mayat menunjukkan gejala patah rahang, yang meretakkan tengkorak kepalanya dan pembengkakan pada tulangnya menunjukkan patah tulang rusuk. “Ini benar-benar Ko Gyi Par disiksa.”

Ma Thandar menegaskan, tubuh yang membusuk itu dalah suaminya.

Para pejabat bersikeras mengatakan bahwa Par Gyi ditembak mati karena melawan petugas dan bermaksud untuk merebut kendali senjata dari petugas kemudian mencoba melarikan diri.

Lebih dari 100 orang menyaksikan penggalian, termasuk aktivis dan anggota kelompok masyarakat sipil. Banyak yang mengecam penyiksaan terhadap wartawan Mynamar yang berujung pada kematian.

Mee Mee dari Masyarakat dan Angkatan 88 Perdamaian mengatakan, “jasadnya tidak dikubur, dia hanya dipendam sekitar enam inci di bawah permukaan. Tidak benar apa yang dikatakan pemerintah bahwa tubuhnya dikubur dengan benar.”

Aktivis Naw Ohn Hla mengatakan, “saya menyesalkan pernyataan pemerintah yang tidak benar itu. Bahkan tubuhnya hanya dibungkus dengan tikar. Itu penyalahgunaan terburuk hak asasi manusia yang pernah saya lihat. Warga ini diperlakukan secara brutal. Saya rasa itu sangat buruk.”

Sementara itu, delapan biksu Budha telah mencoba untuk campur tangan mencegah jasad Par Gyi dari yang diangkut kembali ke Rangoon untuk dimakamkan.

Menurut Ma Thandar, “mereka tidak mengizinkan saya untuk mengambil jasadnya. Orang Mon memiliki budaya yang tidak memungkinkan memindahkan mayat dari satu daerah ke daerah lain.”

Pemindahan jasad Par Gyi menuai pro dan kontra dari beberapa kalangan, selain tidak terdapat dalam budaya orang-orang Mon para biarawan Mon juga tidak mengizinkan. Namun isteri Par Gyi menyatakan ingin mengambil jasad suaminya dan membawanya ke kampung halamannya untuk pemakaman yang layak.

“Saya istrinya meminta keadilan,” katanya kepada wartawan. “Saya hanya ingin diizinkan untuk menguburkan jenazah suami saya. Saya ingin meminta izin dari pemerintah untuk melakukan hal ini,” katanya. (T/P004/R01)

s Agency (MINA)

Wartawan: Admin

Editor: illa

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0