Gaza, MINA – Pejuang perlawanan Palestina dari Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Hamas, menewaskan sedikitnya lima tentara Zionis Israel dan melukai 14 lainnya dalam sebuah penyergapan yang disebut sebagai “operasi rumit” di Beit Hanoun, Jalur Gaza utara, pada Senin7/7).
Serangan itu terjadi di wilayah yang telah dikosongkan secara paksa oleh militer Zionis Israel dan dijadikan “zona penyangga”. Wilayah tersebut telah menjadi tempat agresi Zionis selama beberapa bulan terakhir.
Militer Zionis dalam pernyataannya menyebutkan, penyelidikan awal menemukan bahwa tentara mereka menjadi sasaran alat peledak pinggir jalan saat melakukan operasi darat di kawasan itu. Mengutip Al Jazeera.
Penyergapan ini digambarkan sebagai salah satu serangan paling mematikan terhadap pasukan darat Zionis Israel sejak dimulainya agresi ke Gaza pada Oktober 2023.
Baca Juga: Netanyahu: Israel Bekerja Sama dengan AS untuk Usir Warga Palestina dari Gaza
Menanggapi serangan tersebut, Perdana Menteri Zionis Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan pernyataan duka saat sedang berada di Washington, Amerika Serikat.
“Pada pagi yang sulit ini, seluruh rakyat Zionis Israel menundukkan kepala untuk berduka atas gugurnya ‘para pejuang heroik kami’, yang mempertaruhkan nyawa mereka dalam pertempuran untuk mengalahkan Hamas dan membebaskan semua sandera kami,” kata Netanyahu, dikutip Times of Israel.
Sementara itu, juru bicara militer Brigade Al-Qassam, Abu Obeida, dalam pernyataan resmi di Telegram menyebut penyergapan tersebut sebagai “pukulan tambahan” terhadap tentara penjajah Zionis Israel.
“Bahkan jika tentara pendudukan berhasil membebaskan sebagian pasukannya dari neraka yang baru saja kami siapkan, mereka mungkin akan gagal di kemudian hari, dan meninggalkan kami dengan lebih banyak tahanan,” ujarnya.
Baca Juga: Tentara Israel Ajukan Petisi, Pertanyakan Legalitas Operasi Militer di Gaza
Ia memperingatkan bahwa keputusan paling bodoh yang dapat diambil Netanyahu adalah terus mempertahankan pasukan Zionis Israel di dalam Jalur Gaza.
Menurut laporan media Zionis, kegagalan intelijen memungkinkan pejuang Palestina memantau pergerakan militer dan menanam bahan peledak di lokasi-lokasi penting yang dilalui pasukan Zionis.
Sejak dimulainya agresi militer Zionis Israel ke Gaza pada 7 Oktober 2023, lebih dari 38.000 warga Palestina telah syahid, mayoritas perempuan dan anak-anak, serta lebih dari 87.000 lainnya luka-luka, berdasarkan data Kementerian Kesehatan Gaza.
Serangan juga telah menyebabkan kehancuran besar infrastruktur sipil, termasuk rumah sakit, sekolah, dan tempat ibadah.[]
Baca Juga: Hamas Sebut Israel telah Gagal Kalahkan Pejuang di Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)