Jakarta, MINA – Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) berharap Link Aja Syariah bisa mendorong terbentuknya ekosistem keuangan syariah berbasis digital di tahun 2022.
Direktur Eksekutif Manajemen Eksekutif KNEKS Ventje Rahardjo mengatakan Layanan Syariah LinkAja dapat berkolaborasi dengan seluruh stakeholders di dalam ekosistem ekonomi dan keuangan syariah. Hal tersebut bisa dilakukan dengan memperkuat pendekatan kolaborasi.
“Utamanya sama-sama meningkatkan literasi dan inklusi layanan keuangan syariah bagi masyarakat, termasuk perluasan jaringan layanan untuk mendukung sektor industri halal, kemudahan pengelolaan ZISWAF, serta kolaborasi di bidang riset dan inovasi,” kata Ventje dalam sambutan ‘Nota Kesepahaman Kolaborasi Layanan Syariah Link Aja bersama mitra’ secara zoom virtual, Selasa (25/8).
“Hadirnya Layanan Syariah LinkAja sebagai uang elektronik syariah pertama di Indonesia dapat memperkuat ekonomi digital syariah dan diharapkan pada tahun 2022 sudah terbentuk ekosistem keuangan syariah berbasis digital yang kuat dan terintegrasi,” katanya.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
Ventje menjelaskan, dengan terciptanya ekosistem ekonomi syariah digital melalui teknologi finansial, lembaga keuangan syariah, perdagangan digital, hingga keuangan sosial Islam, percepatan pertumbuhan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia dapat terwujud.
Melalui kolaborasi tersebut diharapkan akan tercipta sinergi yang mampu meningkatkan daya saing keuangan syariah. Selanjutnya membuka peluang Indonesia menjadi trendsetter uang elektronik syariah dalam skala global.
Sementara Direktur Utama LinkAja Haryati Lawidjaja mengatakan, sebagai uang elektronik nasional, LinkAja melalui Layanan Syariah Link Aja turut mendukung Pemerintah untuk mempercepat inklusi keuangan syariah di Indonesia. Menyadari besarnya potensi Indonesia menjadi sentra ekonomi syariah global.
“Kami berkomitmen untuk terus membangun dan mengembangkan ekosistem syariah di Indonesia dengan memberikan edukasi berkelanjutan mengenai ekonomi dan keuangan syariah melalui sederet program dan produk yang kami hadirkan. Berkolaborasi dengan berbagai pihak lintas sektor, kami optimistis dapat berperan besar dalam mendorong terwujudnya inklusi keuangan syariah di Indonesia,” imbuh Haryati.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
Haryati mengemukakan, optimisme mengenai pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia memang tinggi. Indonesia yang merupakan konsumen besar produk halal dan pasar untuk produk-produk halal berpotensi menjadi sentra ekonomi syariah global.
Potensi dampak ekonomi industri halal terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional bahkan diperkirakan menyentuh angka US$ 3,6 miliar. Dia menuturkan, pengembangan literasi gaya hidup halal bahkan memiliki beragam potensi positif lain seperti mendorong peningkatan permintaan domestik atas produk barang dan jasa halal, memotivasi ekspansi produksi barang dan jasa halal dan mendorong peningkatan kinerja, dan meningkatkan permintaan akan tenaga kerja atau sumber daya manusia (SDM) ekonomi syariah.
Dalam implementasinya, lanjut dia, Layanan Syariah LinkAja mengedepankan beberapa prinsip dasar, yaitu penempatan dana bekerja sama dengan sejumlah bank syariah, mengaplikasikan tata cara transaksi yang sesuai dengan kaidah syariah, serta dapat diterima di seluruh merchant LinkAja.
Di samping itu, Layanan Syariah LinkAja juga menghadirkan beragam produk yang sesuai dengan akad syariah. Dia menambahkan, di dalam ekosistem holistiknya saat ini, Layanan Syariah LinkAja telah dapat digunakan di 69 Kotamadya dan 273 Kabupaten yang dapat diakses dan dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia, yang mencakup masjid, lembaga amil zakat, pusat kuliner halal, modern retail lokal, pesantren, bank syariah, sekolah Islam, dan Universitas Islam. (L/R4/P1)
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon
Mi’raj News Agency (MINA)