Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

LIPI: Indonesia Bisa Jadi Fasilitator Perdamaian Konflik Qatar dan Timur Tengah

Nidiya Fitriyah - Senin, 19 Juni 2017 - 14:47 WIB

Senin, 19 Juni 2017 - 14:47 WIB

201 Views ㅤ

Foto: MINA

lipi.jpg" alt="" width="720" height="540" /> Foto: MINA

Jakarta, 24 Ramadhan 1438/19 Juni 2017 (MINA) – Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memberikan masukan kebijakan bagi sikap pemerintah Indonesia dalam menyikapi konflik Qatar dan Timur Tengah.

Hasil kajian penelitian tersebut mengungkapkan, Indonesia bisa menawarkan diri sebagai fasilitator perdamaian konflik Qatar, bukan mediator. Karena Indonesia belum memiliki diplomatic preassure yang kuat terhadap negara-negara yang bersitegang, sehingga peran mediator kurang efektif.

“Sebagai negara dengan jumlah Muslim terbesar di dunia, Indonesia berpotensi kuat sebagai fasilitator yang menyediakan tempat dialog perdamaian antara Qatar dan negara-negara yang bersitegang,” ujar Peneliti Pusat Penelitian Politik LIPI, Nostalgiawan Wahyudhi pada acara media briefing, di Jakarta, Senin (19/6).

Nostalgiawan mengatakan, pemerintah Indonesia hendaknya tidak mengambil sikap politik luar negeri yang terlalu hitam-putih, tidak berpihak kepada salah satu kubu, serta mendorong upaya untuk merajut kembali kawat diplomatik yang terputus antara Qatar dengan negara sekitarnya.

Baca Juga: Pasangan Ridwan Kamil-Suswono dan Dharma-Kun tak jadi Gugat ke MK

Dalam hal ini, menurut dia, negara super power, atau organisasi internasional, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memiliki potensi kuat menjadi mediator yang efektif dalam ketegangan politik tersebut.

“Diharapkan negara-negara tersebut lebih netral dalam menyikapi ketegangan politik di Timur Tengah,” katanya.

Menurut hasil kajian LIPI, konflik Qatar menunjukkan, akar permasalahannya dimulai ketika naiknya Syeikh Hamad bin Khalifa Al Thani sebagai Emir Qatar pada 1995 setelah mengkudeta kekuasaan ayahnya, Syeikh Khalifa Bin Hamad Al Thani.

Saat itu, Arab saudi melakukan intervensi politik untuk mempertahankan Syeikh Khalifa. Sikap Saudi ini didukunh oleh mayoritas negara-negara Arab. Meskipun tidak mendapatkan pengakuan diplomatik di awal kekuasaannya, Syeikh Hamad tetap melakukan manuver politik ekonomi sebagai Emir Qatar.(L/R04/RS1)

Baca Juga: Cuaca Jakarta Berpotensi Hujan Kamis Ini, Sebagian Berawan Tebal

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Wamenlu RI Anis Matta (foto: Kemlu RI l
Indonesia
Indonesia
Kementerian Luar Negeri RI (foto: Topcareer.id)
Indonesia
Indonesia
Indonesia