Jakarta, MINA – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengadakan “LIPI Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture XX” pada Jumat (28/8) yang berjudul “Peran Riset COVID-19 untuk Indonesia Maju”.
Sebagai tradisi keilmuan sekaligus puncak rangkaian acara peringatan Hari Ulang Tahun ke-53, kali ini LIPI memberikan kehormatan kepada Prof. dr. Herawati Supolo-Sudoyo, Ph.D., dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman untuk menyampaikan lecture.
Penggunaan nama “Sarwono” untuk lecture ini dimaksudkan untuk mengenang jasa Prof. Dr. Sarwono Prawirohardjo, Kepala LIPI yang pertama, atas dedikasinya dalam membangun dan melembagakan ilmu pengetahuan di Indonesia.
Forum ilmiah yang telah berlangsung sejak tahun 2001 ini merupakan salah satu bentuk penghargaan LIPI terhadap prestasi ilmiah dan dedikasi anak bangsa dalam pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia
Baca Juga: MUI Tekankan Operasi Kelamin Tidak Mengubah Status Gender dalam Agama
Prof. Herawati Supoyo-Supolo saat ini menjabat sebagai Wakil Kepala bidang Penelitian Fundamental Lembaga Biologi Molekul Eijkman di Jakarta. Ia juga menjabat sebagai Ketua Komisi Ilmu Kedokteran dari Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI).
Ia menyampaikan bahwa untuk memahami pandemi baru Covid-19, kita harus belajar dari kejadian yang sama yang pernah terjadi sebelumnya, yaitu pandemi influenza pada 1918.
“Kita harus mencari tahu, memahami, dan menganalisis. Itu akan memperkuat pendalaman kita mengenai situasi saat ini dan cara penanganannya,” ujar Hera.
“Pandangan dan serta pengalaman panjang Prof. Herawati dalam bidang biologi molekuler serta penelitian dasar mengenai SARS-CoV-2 akan memberikan inspirasi bagi peneliti-peneliti Indonesia, baik dari sisi ilmiah maupun sebagai panduan bagi kita untuk menghadapi tantangan wabah COVID-19 yang menjadi permasalahan berbagai bangsa di dunia,” ucap Kepala LIPI, Laksana Tri Handoko.
Baca Juga: Prof. El-Awaisi Serukan Akademisi Indonesia Susun Strategi Pembebasan Masjidil Aqsa
Hera, perempuan kelahiran Pare Kediri, 2 September 1951 ini biasa disapa, merupakan salah satu pemrakarsa Asosiasi Genetika Manusia Asia Pasifik (APSHG), pemrakarsa dan presiden pertama Asosiasi Biorisiko Indonesia, serta anggota dari berbagai perkumpulan internasional seperti Pan Asian SNP Initiative yang memetakan pertama kali genetik manusia Asia.
Dalam bidang publikasi ilmiah, saat ini Hera telah mencatatkan 1901 situasi terindeks Scopus dan 2495 sitasi di Google Scholar. Setelah memperoleh gelar dokter dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), Hera melanjutkan studi Magister Sains di almamaternya tersebut. Gelar Ph.D dalam bidang Biokimia/Biologi Molekul diraih tahun 1990 dari Monash University, Melbourne, Australia. Proyek penelitian doktoralnya berfokus pada penyakit yang disebabkan oleh kelainan organel sel yang disebut mitokondria.
Peraih Habibie Award untuk Ilmu Kedokteran dan Teknologi ini melanjutkan ketertarikannya dalam bidang genetika molekul menggunakan genom mitokondria sebagai marka populasi. Dengan memanfaatkan keragaman populasi etnik Indonesia, kegiatan riset diperluas dengan fokus mempelajari keanekaragaman genetik yang berkaitan dengan ketahanan maupun kerentanan terhadap penyakit dalam proyek besar Indonesian Genome Diversity Project (IGDP).
“Lembaga Eijkman juga terlibat dalam proyek kolaborasi Genom Asia, menggunakan whole genome sequencingyang mengarah pada pengembangan kedokteran presisi di masa depan,” kata Hera. (R/R11/P1)
Baca Juga: Syeikh Palestina: Membuat Zionis Malu Adalah Cara Efektif Mengalahkan Mereka
Mi’raj News Agency (MINA)