LISAN adalah anugerah besar yang bisa menjadi jalan menuju surga atau justru jurang menuju neraka. Sering kali manusia tergelincir bukan karena beratnya langkah kaki, melainkan karena ringannya ucapan yang keluar dari mulut.
Dzikir kepada Allah menjadi kunci agar lisan tetap terjaga dan hati senantiasa hidup dalam cahaya iman. Dengan membiasakan lisan basah oleh dzikir, seorang Muslim tidak hanya terhindar dari kebatilan, tetapi juga memperoleh ketenangan, keberkahan, dan kedekatan dengan Allah.
Dzikir adalah penjaga lisan dari segala bentuk perkataan sia-sia. Ketika hati senantiasa ingat kepada Allah, otomatis lisan terarah pada hal-hal yang bermanfaat. Allah Ta’ala berfirman, “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (Qs. Ar-Ra’d: 28). Maka, lisan yang berdzikir menjadi cermin ketenangan jiwa dan kebersihan hati.
Salah satu hikmah dzikir adalah menjaga manusia dari dosa ghibah. Lisan yang terbiasa menyebut nama Allah akan enggan menggunjing atau merendahkan orang lain. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dzikir menjadi penopang agar perkataan selalu mengandung kebaikan.
Baca Juga: Bahan Bakar Api Neraka Itu adalah Zionis Israel
Dzikir juga melindungi lisan dari kebohongan dan ucapan dusta. Sebab orang yang lisannya sibuk dengan nama Allah tidak punya ruang untuk mengada-ada. Dusta adalah ciri orang munafik yang dibenci Allah. Maka, membiasakan dzikir adalah benteng dari sifat munafik.
Lisan yang basah dengan dzikir akan dijauhkan dari ucapan kotor. Kata-kata kasar, cercaan, dan makian tidak pantas keluar dari lisan seorang mukmin. Rasulullah SAW bersabda, “Bukanlah seorang mukmin itu orang yang suka mencela, melaknat, berkata keji, dan berkata kotor.” (HR. Tirmidzi). Dengan dzikir, lisan tetap terhormat dan mulia.
Dzikir menjadi pengingat manusia akan akhirat, sehingga lisannya jauh dari senda gurau yang berlebihan. Ucapan yang tak berguna dapat mengeraskan hati dan melalaikan dari tujuan hidup. Allah Ta’ala berfirman, “Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang menjauhkan diri dari (perkataan) yang tidak berguna.” (Qs. Al-Mu’minun: 1-3). Inilah keutamaan lisan yang terjaga oleh dzikir.
Hikmah lain dari dzikir adalah terhindarnya lisan dari banyak bersumpah palsu. Orang yang selalu menyebut nama Allah dengan khusyuk tidak akan berani mempermainkan sumpah. Allah mencela orang yang suka bersumpah dusta dengan firman-Nya, “Dan janganlah kamu jadikan sumpah-sumpahmu sebagai alat penipu di antaramu.” (Qs. An-Nahl: 94). Dengan dzikir, lisan tetap jujur dan terarah.
Dzikir membuat lisan selalu menjadi sumber doa dan kebaikan bagi diri sendiri maupun orang lain. Lisan yang terbiasa berdoa akan terhindar dari kutukan, cacian, dan doa buruk. Rasulullah SAW bersabda, “Doa seorang Muslim untuk saudaranya tanpa sepengetahuannya adalah doa yang mustajab.” (HR. Muslim). Maka, dzikir menjadikan lisan sarana rahmat, bukan sumber bencana.
Dzikir juga melatih seseorang untuk berkata bijak. Sebab lisannya terbiasa menyebut kebenaran, maka saat berbicara ia lebih berhati-hati. Rasulullah SAW pernah ditanya tentang ciri-ciri seorang Muslim, beliau menjawab, “Seorang Muslim adalah yang orang lain selamat dari lisan dan tangannya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Lisan yang berdzikir akan menebarkan keselamatan, bukan kebinasaan.
Dengan dzikir, lisan akan jauh dari banyak bercanda yang melampaui batas. Bercanda yang berlebihan dapat menghilangkan wibawa dan menjatuhkan kehormatan. Rasulullah SAW sesekali bercanda, tetapi beliau tidak pernah berkata kecuali kebenaran. Ini menunjukkan bahwa dzikir dan ucapan baik adalah hiasan lisan seorang mukmin sejati.
Dzikir juga menjauhkan lisan dari nyanyian dan ucapan yang melalaikan. Al-Qur’an mengecam orang yang menggunakan kata-kata batil untuk menyesatkan manusia, “Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah.” (Qs. Luqman: 6). Dengan dzikir, lisan tetap berada di jalan yang lurus. Maka, dzikir adalah cahaya yang menuntun ucapan.
Baca Juga: Israel: Penjajah yang Menjadikan Palestina Neraka
Selain menjaga lisan, dzikir juga menjadi sebab turunnya keberkahan hidup. Lisan yang dipenuhi dzikir akan menularkan kebaikan kepada hati dan amal. Sebaliknya, lisan yang penuh kebatilan akan menjerumuskan pemiliknya dalam dosa besar. Inilah yang dimaksud Ibnul Qayyim bahwa dzikir adalah benteng dari kebatilan dan omong kosong.
Kesimpulannya, lisan adalah amanah yang harus dijaga. Dengan membiasakan dzikir, Allah akan menjaga lisan kita dari dosa dan kebinasaan. Setiap ucapan akan menjadi saksi di hari kiamat, sebagaimana firman Allah: “Tiada suatu ucapan yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap.” (Qs. Qaf: 18). Maka, jadikanlah dzikir sebagai pelindung lisan agar hidup kita penuh dengan kebaikan dan ridha Allah.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: 11 Tips Menjadi Suami yang Menghargai Istri dalam Islam