Komunikasi adalah salah satu aspek mendasar yang menjadi pondasi dalam kehidupan manusia.
Ia tidak hanya menjadi sarana untuk bertukar informasi, tetapi juga menjadi jembatan yang menghubungkan hati, mempererat hubungan sosial, dan menyampaikan nilai-nilai luhur dalam berbagai aspek kehidupan.
Dalam ajaran Islam, komunikasi memiliki dimensi yang lebih mendalam, karena tidak sekadar berbicara, tetapi juga mencerminkan keimanan, akhlak, dan karakter seorang Muslim.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala melalui ayat-ayat Al-Qur’an dan Rasullullah Shalallahu Alaihi Wassalam melalui hadis-hadisnya telah memberikan tuntunan agar setiap kata yang terucap penuh dengan hikmah, membawa kebaikan, dan menjauhkan diri dari hal-hal yang mendatangkan dosa.
Baca Juga: Palestina dalam Kitab-Kitab Suci: Perspektif Islam, Yahudi, dan Kristen
Dengan berpegang pada etika komunikasi yang diajarkan dalam Islam, seorang Muslim diharapkan mampu menjadikan lisannya sebagai cerminan hati yang bersih dan alat untuk menyebarkan kedamaian, kasih sayang, serta kebenaran dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut adalah pedoman dari Alquran dan Sunnah, agar setiap kata yang keluar dari lisan menjadi kebaikan, bukan keburukan:
Berbicara dengan Lembut dan Santun
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
Baca Juga: Jangan Jadi Generasi Rebahan
وَقُوْلُوْا لِلنَّاسِ حُسْنًا
“Dan ucapkanlah kepada manusia kata-kata yang baik…” (QS. Al-Baqarah: 83).
Ayat ini mengajarkan pentingnya berbicara dengan lembut, tanpa nada kasar atau menyakitkan. Dalam Islam, ucapan yang baik mampu menjadi penenang hati, mendamaikan suasana, dan menjauhkan pertikaian.
Bahkan dalam menyampaikan kebenaran, Rasullullah Shalallahu Alaihi Wassalam mencontohkan sikap lembut dan penuh kasih, sebagaimana beliau berdakwah kepada orang-orang yang awalnya menolak Islam.
Baca Juga: Generasi yang Terasing dari Nilai-Nilai Luhur Bangsa: Tantangan dan Solusi
Menjauhi Perkataan yang Menyakiti
Rasullullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Baca Juga: Niat Lillah, Sumber Keberkahan dalam Setiap Transaksi
Hadis ini menjadi dasar penting dalam komunikasi. Islam melarang perkataan yang menyakitkan, merendahkan, atau mengandung celaan.
Kata-kata yang menyakitkan tidak hanya melukai hati orang lain, tetapi juga bisa menjadi dosa di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Oleh karena itu, seorang Muslim diajarkan untuk berpikir sebelum berbicara dan memastikan bahwa ucapannya membawa manfaat.
Tidak Memotong Pembicaraan Orang Lain
Baca Juga: Berniaga dengan Niat Lillah, Fondasi Bisnis Berkah
Adab mendengar juga merupakan bagian dari komunikasi. Rasullullah Shalallahu Alaihi Wassalam adalah teladan yang sempurna dalam hal ini.
Beliau tidak pernah memotong pembicaraan orang lain, bahkan ketika berbicara dengan musuh atau orang yang berbeda pendapat.
Sikap ini menunjukkan penghargaan kepada lawan bicara, yang akan memperkuat hubungan dan menghindarkan kesalahpahaman.
Jauhi Ghibah dan Fitnah
Baca Juga: Hari Pendidikan Nasional dan Konsep Pendidikan dalam Islam
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًا ۗ اَ يُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ
“Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Apakah salah seorang di antara kamu suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya…” (QS. Al-Hujurat: 12).
Ajaran agama Islam sangat tegas melarang ghibah (menggunjing) dan fitnah karena keduanya dapat merusak hubungan sosial dan menimbulkan dosa besar.
Baca Juga: Perjuangan Buruh Melawan Kebijakan Kerdil
Dalam komunikasi sehari-hari, seorang Muslim dituntut untuk menjaga lidahnya dari pembicaraan yang tidak perlu atau merugikan orang lain.
Gunakan Kata-kata yang Mudah Dipahami
Rasullullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:
حَدِّثُوا النَّاسَ، بما يَعْرِفُونَ
Baca Juga: Melepas Dunia di Tanah Suci, Pelajaran Ikhlas dari Rangkaian Ibadah Haji
“Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar pemahaman mereka.” (HR. Bukhari).
Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang jelas dan dapat dipahami oleh lawan bicara.
Islam menganjurkan untuk memilih kata-kata yang sederhana namun bermakna, agar pesan dapat tersampaikan dengan efektif tanpa menimbulkan kesalahpahaman.
Tersenyum Ketika Berbicara atau Bertemu
Baca Juga: Buruh dalam Perspektif Islam: Sejarah, Hak, dan Relevansinya di Era Modern
Rasullullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:
لَا تَحْقِرَنَّ مِنْ اَلْمَعْرُوفِ شَيْئًا, وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ
“Janganlah engkau memandang remeh suatu kebaikan sedikitpun, walau engkau remehkan suatu kebaikan sedikitpun, walaupun engkau bertemu dengan saudaramu dengan wajah yang bermanis muka.” (HR Muslim).
Senyum adalah bahasa universal yang mencerminkan keramahan dan ketulusan. Dalam Islam, senyum saat berbicara bukan hanya adab, tetapi juga bernilai ibadah. Senyum dapat menciptakan suasana nyaman dan menunjukkan rasa hormat kepada lawan bicara.
Baca Juga: Ukhuwah, Teras Kehidupan Berjama’ah yang Membawa Berkah
Komunikasi yang baik adalah cerminan akhlak mulia seorang Muslim. Dengan mengikuti pedoman yang diajarkan dalam Islam, setiap kata yang terucap tidak hanya membawa manfaat bagi sesama, tetapi juga menjadi amal kebaikan di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Mari kita terus berusaha menjaga lisan kita agar selalu digunakan untuk hal-hal yang baik, menjauhkan diri dari perkataan yang menyakitkan, dan menjadi pribadi yang menginspirasi dalam setiap interaksi.
Seperti pepatah Arab mengatakan, “Lisanmu adalah harimaumu, jika engkau menjaganya maka ia akan melindungimu, namun jika engkau melepaskannya maka ia akan menerkammu.”
Semoga kita senantiasa diberi kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik dan membawa kebaikan bagi semua. []
Mi’raj News Agency (MINA)