Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

M.Nur Ikhwan : Etnis Masih Jadi Persoalan di Asia Tenggara

Nur Hadis - Kamis, 3 November 2016 - 17:12 WIB

Kamis, 3 November 2016 - 17:12 WIB

285 Views

Bandar Lampung, 6 Shafar 1438/6 Nopember 2016 (MINA) – M. Nur Ikhwan, Ph. D mengatakan Ethnicity (Etnis-red) masih menjadi ancaman persoalan hubungan minoritas dan mayoritas negara Asia. Hal ini disampaikan Nur Ikhwan pada kajian ilmiah dalam gelaran Annual International Conference On Islamic Student (AICIS) Ke-16 di Gedung Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung, Kamis (3/11).

Menurutnya, pada pertemuan membahas dinamika dunia Islam saat ini yang sebagian masih diwarnai dengan perpecahan dan radikalisme, tidak sedikit negara Asia yang masih menjadikan etnis sebagai persoalan.

“Banyak di negara Asia, etnis menjadi persoalan trend seperti kaum muslimin minoritas yang masih tertindas, seperti Rohingya (Myanmar), Uighur (Cina), Malay-Fatt (Thailand),” ujar pembicara dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini.

Ia juga menyoroti sikap pemerintah setempat yang sering mengaitkan kelompok etnis minoritas dengan kelompok teroris.

Baca Juga: MUI Tekankan Operasi Kelamin Tidak Mengubah Status Gender dalam Agama

Lebih lanjut ia mengatakan, minoritas etnis yang notabene Muslim-lah yang menjadi korban di beberapa negara Asia.

“Yang menjadi korban minoritas etnis yang beragama Islam baik dari internal maupun eksternal seperti organisasi-organisasi yang ada,” ujarnya.

Menurutnya, masalah-masalah yang terjadi masih perlu diperhatikan, ia mengambil contoh konflik-konflik yang terjadi di Indonesia, berkaitan dengan tanggal 4 November besok.

“Termasuk di Indonesia terus terjadi Ethnicity, kita tidak bisa memecahkan konflik-konflik di Indonesia jika tidak melihat Socio-Historical dan Social Structures,” ujarnya.

Baca Juga: Prof. El-Awaisi Serukan Akademisi Indonesia Susun Strategi Pembebasan Masjidil Aqsa

Oleh karenanya, dia juga mengkritisi pemerintah agar memperhatikan kebijakan-kebijakan yang ada di Indonesia warisan Belanda yang tidak memperhatikan structure.

“Seharusnya kebijakan-kebijakan pemerintah memperhatikan kebijakan-kebijakan reformasi Belanda yang tidak memperhatikan structure, terutama Ekonomi, Politik, dan Pendidikan. Jadi menurut kami, jika tidak dimulai dari situ, menjadi susah,” katanya.

AICIS adalah konferensi internasional tahunan yang berbasis studi Islam di bawah Kementerian Agama.

Acara yang diselenggarakan setiap tahun ini, bertujuan untuk memberikan kontribusi Islam Indonesia terhadap perdamaian Islam di dunia dalam forum ilmiah.

Baca Juga: Syeikh Palestina: Membuat Zionis Malu Adalah Cara Efektif Mengalahkan Mereka

AICIS 2016 mengangkat tema “Kontibusi Islam Indonesia untuk Peradaban Dunia”. Kegiatan ini diikuti lebih dari 56 rektor dari PTKI dari seluruh dunia. Sejumlah tokoh pengkaji Islam dunia dijadwalkan hadir dalam AICIS kali ini untuk menyumbangkan pemikiran-pemikiran mereka terhadap perdamaian Islam di dunia.

Acara yang dihadiri oleh seluruh peserta Indonesia dan 20 peserta luar negeri ini, telah menghasilkan empat jilid prosidi yang berisi 120 selektif presenter dari rekomendasi presenter sebanyak 230 sebagai edit kolum pemateri dan terpilih 140 makalah dengan 120 wajib untuk presentasi.(L/nia/K08/R05).

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Guru Tak Tergantikan oleh Teknologi, Mendikdasmen Abdul Mu’ti Tekankan Peningkatan Kompetensi dan Nilai Budaya

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
MINA Preneur
Kolom