Lampung Selatan, MINA – Yahudi gunakan skema sama, skema perpecahan dari zaman ke zaman. Demikian dikatakan Pemerhati Zionisme, M. Waliyulloh, S.Ikom pada Taklim Bulanan Wali Santri di Pondok Pesantren Modern Annida, Tegalega, Jati Agung, Lampung Selatan, Ahad (13/10).
Menurutnya, skema perpecahan ini sudah digunakan yahudi sejak di Yastrib (Madinah) sampai masa Perang Dunia, pun sampai saat ini guna mengeruk keuntungan.
“Saat kita umat Islam berseteru, mereka ambil keuntungan baik ekonomi, maupun agenda besar mereka untuk menjadi hegemoni di dunia,” katanya.
Lebih lanjut Waliyulloh memaparkan skema perpecahan seperti apa yang selalu Yahudi terapkan sehingga mampu merusak tatanan kehidupan masyarakat dunia.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
“Polanya selalu sama, Skema perang dan hutang. Saat di Yastrib, Yahudi beraliansi ciptakan chaos diantara dua kubu Aus khazraj yang makmur. Aus dan Khazraj mulanya menguasai ladang kurma, gandum dan pertanian di Yastrib sehingga Yahudi tidak ada celah menguasai ekonomi,” katanya.
Lantas apa yang kemudian diperbuat Yahudi untuk kuasai Yastrib. Dibuatlah Aus dan Khazraj ini berperang dan masing-masing Yahudi beraliansi dengan dua kelompok ini.
“Kalau sudah sibuk perang, tentu tidak akan ngurusin kebun, yang ada bahkan habiskan dana untuk biaya perang. Akhirnya jual aset, ladang gandum, dan kurma dijual ke Yahudi. Saat aset terjual tetap butuh biaya perang maka mereka pinjam dari Yahudi yang jadi kawan mereka. Dari sana dimulai sistem bunga Bank atau riba’,” paparnya.
Yahudi Bani Qainuqa beraliansi dengan Khazraj, sementara Yahudi Bani Quraizah dan Nadhir beraliansi ke Aus. Padahal Yahudi ini Baik Qainuqa, Quraizah, maupun Nadhir hanya ingin mengeruk keuntungan dari bertarungnya Aus dan Khazraj bertahun-tahun sebelum datangnya Islam ke Yastrib.
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Lalu, pada Perang Dunia I, Yahudi membuat chaos antar negara adidaya. Ada enam negara adidaya saat itu yakni Austria, Rusia, Jerman, Inggris, Perancis, dan Turki Utsmani.
“Kali ini tujuannya bukan hegemoni ekonomi karena saat itu Yahudi sudah kuasai ekonomi, tapi membuat jalan Yahudi menuju Palestina,” katanya.
Saat itu mereka tidak mungkin melawan Turki Utsmani yang besar. Maka diciptakanlah ribut negara sekeliling nya yang kemudian memaksa Turki Utsmani terlibat.
“Turki Utsmani saat itu beraliansi dengan Jerman Rusia, karena sudah ada perjanjian militer sebelumnya, maka mau tidak mau harus membantu Jerman Rusia melawan Inggris, Perancis, dan Austria. Ini yang membuat Turki Utsmani semakin lemah, zebab saat itu hutang Turki Utsmani cukup banyak, kondisi memang sedang sulit. Karena pengelolaan keuangan negara yang tidak bagus dari Sultan-Sultan sebelumya,” tuturnya.
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
“Belum lagi dari dalam juga dilemahkan, turunkan kepercayaan umat kepada kesultanan. Isu reformasi, dihembuskan tokoh-tokoh Turki muda saat itu, salah satu tokohnya, Mustofa Kemal Pasha dengan isu sentral, sudah tidak layak kekhilafan karena sistem Monarki,” katanya.
Dengan situasi seperti ini, Inggris mengirim perwiranya yang dikenal dengan nama Lawrence of Arabia dan Mc Mahon mengiming-imingi Sultan Sharif dan Abdul Aziz AlSaud dengan kekuasaan dengan cara memberontak kepada Kesultanan Turki Utsmani.
“Turki Utsmani runtuh, kekuasaan Islam terpecah-belah, wilayah Syam ssat itu kosong, akhirnya dibagi-bagi oleh Inggris dan Perancis, kecuali Palestina yang disepakati di bawah pengawasan bersama. Hal ini dilakukan karena Yahudi belum berani secara langsung menguasai Palestina,” ujarnya.
Untuk menguasai Palestina lewat kesepakatan pengawasan bersama dibentuklah Liga Bangsa Bangsa yang menjadi cikal bakal berdirinya Pererikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant
Karenanya, Waliyuloh mengingatkan para hadirin khususnya dan umat Islam umumnya untuk tidak mudah dipecah belah, dibenturkan satu sama lain.
Sebab skema laten Zionis Yahudi yang digunakan sejak di Yastrib terus digunakan sampai saat ini untuk menguasai dunia.
Pondok Pesantren Modern Annida diasuh oleh pimpinan Ustadz Eka Prasetiawan, Lc alumni Al-Azhar Kairo Mesir, yang merupakan alumni Ponpes Shuffah Hizbullah dan Madrasah Al-Fatah Natar. (L/B01/P1).
Mi’raj News Agency (MINA).
Baca Juga: Iran: Veto AS di DK PBB “Izin” bagi Israel Lanjutkan Pembantaian