Paris, MINA – Presiden Perancis Emmanuel Macron dan Presiden Rusia Vladimir Putin, bertukar pandangan tentang perkembangan terakhir di Suriah melalui percakapan telepon. pada Jumat.
Pembicaraan ini berlangsung sehari setelah Presiden Perancis mengatakan bahwa ada “bukti” senjata kimia digunakan rezim Suriah, yang dilindungi oleh Rusia, dalam serangan di distrik Douma di Ghouta timur, pada 7 April, yang menyebabkan 78 warga sipil tewas, menurut White Helmets.
Macron mengatakan kepada Putin, ia “menyesali veto Rusia terakhir di Dewan Keamanan untuk membentuk mekanisme internasional menetapkan tanggung jawab, mencegah impunitas dari rezim Suriah.
Rusia pada Selasa memveto sebuah draft naskah Resolusi Dewan Keamanan PBB yang akan membentuk tim ahli baru untuk menyelidiki dugaan serangan kimia di Suriah.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Rancangan AS iyu didukung oleh 12 negara dari 15 anggota dewan, tapi dit6olak Rusia dan Bolivia, sedang China abstain.
Veto Rusia terhadap resolusi dewan itu merupakan yang ke-12 untuk mempertahankan rezim Bashar al-Assad yang bertanggung jawab atas pelanggaran hak. Enam dari resolusi itu mengutuk rezim untuk serangan senjata kimia.
Macron menekankan, keprihatinan mendalam atas kerusakan situasi yang terus berlangsung di Suriah.
Dia menyatakan kembali komitmen Perancis memerangi terorisme dan mencegah kebangkitan Daesh di wilayah tersebut, meringankan penderitaan penduduk sipil melalui kepatuhan penuh pada Resolusi Dewan Keamanan PBB 2401, meningkatkan aksi bantuan kemanusiaan dan memulai negosiasi sesegera mungkin sebagai bagian dari proses politik yang kredibel dan inklusif”.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Elysee (Istana Presiden Perancis), menambahkan, Presiden Perancis “berharap Perancis dan Rusia terus dan intensif membawa perdamaian dan stabilitas ke Suriah”. (T/R03/RS1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata