MAHASISWA INDONESIA BERKARYA DI MESIR UNTUK NEGERI SENDIRI

Bedah buku “Agar Menuntut Ilmu jadi Mudah”, Selasa (17/2) di Aula Kanwil Kemenag Aceh.
Bedah buku “Agar Menuntut Ilmu jadi Mudah”, Selasa (17/2) di Aula Kanwil Kemenag Aceh.

Banda Aceh, 27 Rabi’ul Akhir 1436/17 Februari 2015 (MINA) – Seorang mahasiswa di Universitas Al-Azhar Kairo, , hanya dalam 40 hari berhasil menulis sebuah karya untuk  memudahkan pelajar Indonesia dalam mengarungi bahtera ilmu.

, Lc alumnus , Bireuen, Aceh, meluncurkan buku panduan menuntut ilmu yang menurutnya bisa diterapkan dengan lebih mudah untuk para pelajar Indonesia.

Buku setebal 238 halaman itu, ditulis Abdul Hamid semasa menyelesaikan studi di Al Azhar, Kairo, dalam situasi politik di Mesir yang tidak menentu.

“Selama 40 hari saya menulis buku ini dan sejak 14 hari lalu diterbitkan, buku ini sudah habis dibeli pembaca. Kemarin di Pesantren 600 buku habis terjual. Masih banyak yang belum mendapatkan buku ini,” ujarnya di sela-sela bedah buku yang diberi judul “Agar Menuntut Ilmu jadi Mudah”, Selasa (17/2), di Aula Kanwil Kemenag Aceh.

Ia juga bercerita proses pengiriman naskah ke penerbit yang begitu cepat sehingga pada edisi pertama ini, terdapat beberapa kekurangan pada buku tersebut, seperti kesalahan ketik, kutipan- kutipan dengan hurup yang berbeda dari hurup lainnya.

“Biasanya perlu waktu satu minggu dari proses pengajuan naskah, tapi alhamdulilah dua hari saya mendapat balasan dari penerbit bahwa buku segera diterbitkan. Ini pula yang tak sempat memberikan ilustrasi, gambar pada beberapa kutipan di buku ini,” ujarnya.

Pada acara bedah buku kemarin, Pimpinan Pondok Pesantren Ummu Ayman, Tgk H Nuruzzahri atau yang akrap disapa Walid Nu mengatakan, ia selalu berpesan kepada para santrinya yang melanjutkan kuliah di luar negeri untuk kembali ke tanah air membawa hasil karya berupa buku.

“Ini karya Abdul Hamid sekaligus menjawab pertanyaan selama ini kepada kalangan ulama yang jarang menerbitkan buku. Hari ini terjawab dan akan ada tiga lagi santri kami yang kembali dari Mesir juga dengan karya yang mereka hasilkan,” katanya.

Dalam sambutan pada bedah buku kemarin, Walid Nu juga menyoal sosok penulis yang merupakan anak yatim yang sungguh-sungguh dalam mencari ilmu. Ia pun menyinggung bagaimana proses belajar ke Mesir tanpa beasiswa dari pemerintah tetapi pulang dengan hasil yang menggembirakan.

Abdul Hamid M. Djamil lahir di Desa Bentayan 23 Mei 1991. Menyelesaikan sarjana di Universitas Al Azhar, Kairo, Jurusan Syariah Islamiah. Selain buku yang dibedah kemarin, karya-karya Abdul Hamid yang lain pernah diterbitkan dalam kalangan terbatas.

Bedah buku kemarin juga dihadiri langsung oleh Kanwil Kemenag Aceh Drs H Ibnu Sa`dan Mpd. Ia mengapresiasi karya-karya yang dihasilkan santri Aceh dan mendukung penuh seraya mempersilakan aula Kanwil Kemenag sebagai tempat peluncuran buku karya siapa saja ke depannya.

Buku yang diterbitkan Quanta, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Kompas Gramedia itu dibedah oleh Arif Ramdan, wartawan Serambi Indonesia, Dr Badrul Munir Lc, MA, pengajar di UIN Ar- Raniry, dan Syeh Khaliluddin mewakili kalangan dayah di Aceh.

Bedah buku tersebut terselenggara atas kerjasama Ikatan Alumni Timur Tengah (IKAT), Ikatan Penulis Santri Aceh (IPSA), Ikatan mahasiswa dan pelajar Pidie Jaya (Impija) , Ikatan Keluarga Besar Alumni Ummul Ayman (Ikabua), dan Badan Dayah Provinsi Aceh.(L/arf/R04)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Comments: 0