Bogor, MINA – Tiga mahasiswa Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan (SIL), Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta), IPB University yakni Akhmad Nabil Punggawa, Hilman Ridho Rahman, dan Muh. Irham Sahana mengagas Rumah Ramah Lingkungan (Rumangka) berbasis sistem Eco-drainase sebagai upaya konservasi air di Kota Bogor.
“Kita membuat gagasan ini juga sebagai pemenuhan standar Sustainable Development Goals 2030. Rumangka menjamin pola konsumsi dan produksi energi yang berkelanjutan serta menjamin ketersediaan pengelolaan air dan sanitasi berkelanjutan,” ujar Nabil.
Rumangka memiliki empat sistem unggulan yaitu green roof, pencahayaan alami, sistem pengolahan air hujan serta pengolahan limbah domestik, demikian keterangan pers yang diterima MINA, Rabu (2/10).
Sistem green roof menerapkan sistem pertanian urban yakni melakukan penanaman di atap rumah dengan memanfaatkan rekayasa engineering dan bertemakan Evaporative Cooling.
Baca Juga: Wamenag Sampaikan Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Perbaiki Infrastruktur Pendidikan
Penggunaan membran insulator dalam sistem green roof bermanfaat untuk mendinginkan ruangan di bawahnya hingga menurunkan suhu dua derajat pada siang hari dan satu derajat pada malam hari.
Sistem lainnya yaitu pencahayaan alami. Sistem ini memanfaatkan bukaan rumah yang diperbanyak, sehingga menghemat penggunaan lampu.
Lampu yang digunakan rumah ini ialah lampu hemat energi LED. Lampu tersebut dapat menghemat biaya sebesar 121 ribu rupiah per bulan.
Sistem ketiga ialah penggunaan Sistem Pemanfaatan Air Hujan (SPAH) yang dapat mensubstitusi 48,9 persen penggunaan air bersih rumah tangga. Substitusi air hujan hanya dapat digunakan untuk menyiram kloset, mencuci piring, menyiram tanaman serta mencuci kendaraan.
Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun
Sistem yang terakhir ialah pengolahan limbah domestik (limbah cair dan padat). Limbah cair mempunyai dua tipe yaitu black water dan grey water.
Limbah black water merupakan limbah dari kamar mandi dan akan diolah menggunakan teknik tank septic dengan sistem biority.
Limbah grey water berasal dari air bekas cuci piring dan pakaian yang akan diolah menggunakan sistem grease trap fiberglass portable. Untuk limbah padat, akan diolah sebagai kompos. Pengomposan sampah organik dapat menghasilkan keuntungan sebesar 340 ribu rupiah per bulan.
Selain keempat sistem unggulan tersebut Rumangka juga menganut sistem Eco-Drainase. Sistem ini menggunakan bioretensi.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
“Semacam sumur resapan yang berada di trotoar dan fungsinya memang hampir mirip dengan sumur resapan. Bedanya di kiri dan kanan bioretensi ditanami tanaman,” ujar Nabil.
Dia menambahkan, ketika terdapat air yang masuk ke bioretensi hingga memenuhi volume sumur, airnya dapat disimpan untuk mengairi tanaman yang berada di sekitar bioretensi pada saat musim kemarau. Dapat juga digunakan untuk transfer air di dalam tanah.
Melalui gagasan ini, Nabil dan tim berhasil meraih Juara Harapan I dalam acara 8th Civil in Action yang bertajuk “Maximazing Civil Engineering Technology to Enhance Awareness of Natural Disaster”. Acara ini diadakan oleh Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada (KMTS UGM) di Yogyakarta.
“Gagasan ini sebagai pembuktian dan pengenalan bahwa Teknik Sipil dan Lingkungan IPB University dapat bersaing dengan mahasiswa teknik sipil lainnya di Indonesia,” tambah Nabil. (R/R01/P2)
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September