Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mahasiswa Myanmar Belajar Bahasa dan Budaya Aceh

Redaksi Editor : Arif R - 27 detik yang lalu

27 detik yang lalu

0 Views

Htet Eaint Khine, Mahasiswa USK Banda Aceh, asal Myanmar. (FOTO: For MINA)

Banda Aceh, MINA – Ketertarikan terhadap budaya, bahasa, dan masyarakat Indonesia membawa Htet Eaint Khine, seorang mahasiswa asal Myanmar, ke Banda Aceh melalui Program Beasiswa Darmasiswa.

Tak seperti kebanyakan mahasiswa asing yang memilih Bali atau Jawa sebagai destinasi studi, Htet justru memutuskan untuk menimba ilmu di Universitas Syiah Kuala (USK), Aceh.

“Saya ingin melihat sisi lain Indonesia yang jarang terekspos di media sosial. Sumatra, khususnya Banda Aceh, menawarkan kekayaan budaya dan keindahan alam yang luar biasa,” ujar Htet.

USK dipilihnya karena reputasinya sebagai institusi pendidikan terkemuka di Aceh, serta program akademik yang mendukung mahasiswa internasional.

Baca Juga: Update Skill, Upgrade Iman: Kunci Sukses Pemuda Masa Kini

Selain mempelajari Bahasa Indonesia, Htet juga tertarik memperdalam pemahaman tentang budaya lokal.

Tiba di Banda Aceh, Htet mengaku langsung merasakan suasana damai dan keramahan masyarakat. Sebagai penganut Buddha, ia mengamati kehidupan masyarakat Aceh yang sangat dipengaruhi oleh tradisi Islam.

“Saya sangat terkesan dengan bagaimana nilai-nilai Islam begitu terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari di sini,” ujarnya.

Dalam proses belajar Bahasa Indonesia, Htet menghadapi tantangan, terutama dalam pengucapan dan memahami berbagai aksen lokal. Namun, ia justru mengapresiasi kesederhanaan struktur bahasa ini.

Baca Juga: Indonesia Teken Janji Nasional untuk Reformasi Sistem Pendidikan di KPI 2025

“Bahasa Indonesia fleksibel dan tidak terlalu rumit secara tata bahasa, membuat saya lebih percaya diri untuk mengekspresikan diri,” tuturnya.

Perkembangan kemampuan berbahasanya terasa signifikan ketika ia menulis esai budaya untuk ujian.

“Awalnya sulit menyampaikan ide dengan jelas, tetapi kini saya bisa menulis dengan lancar dan percaya diri,” kata Htet.

Ia juga aktif berinteraksi dengan masyarakat dan mahasiswa lokal, serta mengikuti berbagai perayaan budaya dan keagamaan. Salah satu momen paling berkesan baginya adalah merayakan Idul Fitri di Banda Aceh.

Baca Juga: Kamu Pernah Gelisah? Ini Tandanya Hati Kamu Masih Hidup

“Perayaan Idul Fitri di sini sangat berbeda dengan di Myanmar. Saya kagum dengan tradisi khas Aceh, seperti salam-salaman dan pertemuan masyarakat. Ini memperkaya perspektif saya tentang hubungan antara agama dan budaya,” ungkapnya.

Selain budaya, keindahan alam dan kuliner Aceh turut meninggalkan kesan mendalam. Htet menyebut Mie Aceh dan Sate sebagai hidangan favoritnya.

“Namun yang paling membekas adalah keramahan penduduk Banda Aceh. Mereka membuat saya merasa diterima dan nyaman,” ucapnya.

Melalui pengalamannya selama belajar di Banda Aceh, Htet Eaint Khine berharap dapat membagikan kisahnya kepada dunia dan menjadi jembatan pemahaman antarbudaya di Asia Tenggara. []

Baca Juga: Pintar Tapi Sombong, Cerdas Tapi Tak Tahu Diri: Gagalnya Pendidikan Tanpa Adab

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Indonesia