perancis-tolak-kehadiran-duta-besar-israel-di-kampus-mereka.html/mahasiwa-perancis" rel="attachment wp-att-149942">perancis.jpg" alt="" width="640" height="360" />
Casablanca, 6 Rajab 1438/3 April 2017 (MINA) – Para mahasiswa lembaga politik Sciences Po Rennes di Perancis memprotes konferensi yang menghadirkan Duta Besar Israel di negara itu, Aliza Bin Noun di kampus mereka baru-baru ini.
Mereka membawa poster sambil meneriakkan slogan-slogan mengecam kebijakan apartheid Israel terhadap warga Palestina, lapor harian Morocco World News.
Para mahasiswa meneriakkan “Freedom for Palestine” secara serempak saat Aliza naik panggung dan diberi kesempatan untuk berbicara dalam forum itu.
Baca Juga: Hamas: Rakyat Palestina Tak Akan Kibarkan Bendera Putih
Rekaman video yang diunggah ke Facebook pada hari kejadian memperlihatkan para mahasiswa berteriak sambil melambaikan bendera Palestina. Beberapa menit kemudian, salah satu perwakilan mahasiswa berorasi mengecam kebijakan dan praktek diskriminatif Israel terhadap rakyat Palestina.
“Kami, mahasiswa Sciences Po Rennes, menyatakan penolakan adanya konferensi ini. Aliza Bin Noun diundang lembaga kami untuk mewakili negara Israel, negara penjajah yang diatur ekstrim kanan,” kata salah satu juru bicara mahasiswa.
Dia melanjutkan, Israel mengklaim sebagai “satu-satunya negara demokrasi di Timur Tengah,” sementara pada saat bersamaan memberlakukan rezim apartheid terhadap Palestina selama puluhan tahun, sambil menghiraukan kecaman dunia internasional.
Dia yang tidak disebutkan namanya juga mengecam tekanan Israel kepada PBB pada Maret ini untuk menghapus laporan yang disusun dua orang aktivis Amerika ahli hukum Internasional, Richard Falk dan Virginia Tilley. Laporan yang mengkritisi Israel, menyebut entitas itu “menyalahi kebijakan dan melakukan praktik apartheid.”
Baca Juga: Israel Makin Terisolasi di Tengah Penurunan Jumlah Penerbangan
Mahasiswa lain ikut berbicara dan mengutip kejahatan harian Israel terhadap warga Palestina, seperti pengepungan puluhan tahun terhadap Gaza dan perluasan pemukiman, sehingga membuat Palestina sulit mendirikan negaranya sendiri. Dia juga menyebutkan kekejaman dan pembantaian yang dilakukan terhadap rakyat Palestina selama Operasi Cast Lead pada 2008 dan Operasi Pelindung Ujung pada 2014.
Ada juga mahasiswa yang berteriak menyerukan pemblokiran Kedubes Israel di Perancis oleh semua universitas yang ada di negara itu.(T/RE1/P1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Palestina Tolak Rencana Israel Bangun Zona Penyangga di Gaza Utara