Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mahasiswa Universitas Katolik di Chili Boikot Israel

Admin - Kamis, 29 September 2016 - 11:16 WIB

Kamis, 29 September 2016 - 11:16 WIB

325 Views ㅤ

Oleh: bdsmovement.net Sumber: http://bdsmovement.net/

Chili, 27 Dzulhijjah 1437/29 September 2016 (MINA) – Federasi Mahasiswa Universitas Katolik Keuskupan Chili, salah satu universitas ternama di Amerika Latin menyetujui untuk melakukan aksi memboikot Israel.

Keputusan diambil setelah penghitungan suara menyebutkan 37 setuju, 2 menolak dan 20 abstain, demikian yang diberitakan MEMO dan dkutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Aksi boikot dan sanksi yang diajukan sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina, menyerukan kepada pihak universitas untuk mengakhiri dua perjanjian kerjasama dengan Universitas Ibrani Yerusalem dan Institute of Technology Technion Israel. Mengingat keterlibatan lembaga-lembaga tersebut dengan pelanggaran Israel atas hukum internasional dan hak-hak Palestina.

“Setelah seminggu melakukan kampanye, peningkatan kesadaran dan perdebatan, dengan sukacita dan kehormatan kami umumkan bahwa gerakan mendukung boikot dan sanksi Israel telah disetujui,” kata kelompok itu.

Baca Juga: Presiden Venezuela: Bungkamnya PBB terhadap Gaza adalah Konspirasi dan Pengecut

Federasi mahasiswa mengatakan, langkah selanjutnya adalah akan mendesak dewan universitas lebih tinggi untuk bertindak atas gerakan boikot dan sanksi.

Awal bulan ini, akademisi Palestina menyerukan mahasiswa dan fakultas di Universitas Katolik Kepausan itu untuk mendukung upaya mengakhiri hubungan institusional universitas dengan universitas Israel, karena keterlibatan lembaga-lembaga Israel itu dalam sistem pendudukan Israel, pemukim-kolonialisme dan apartheid.

“Kami sangat bangga telah menjadi motor sebuah upaya penting untuk Palestina dan umat manusia pada umumnya,” ungkapnya federasi mahasiswa.

Diluncurkan lebih dari satu dekade lalu sebagai kampanye non-kekerasan global yang berusaha menekan Israel melalui boikot atas barang Israel, menghalangi investasinya dan menyerukan sanksi, telah dituduh oleh para pengkritiknya sebagai gerakan anti-Yahudi.

Baca Juga: Protes Agresi Israel di Gaza, Mahasiswa Tutup Perpustakaan Universitas New York

Sementara itu, Pendiri BDS (Boycott, Divestment, Sanctions) Barghouti mengatakan, gerakannya tidak ada hubungannya dengan agama dan tidak pernah menargetkan bangsa Yahudi, atau orang Israel sebagai orang-orang Yahudi.

“Ini adalah gerakan yang menyerukan persamaan hak bagi semua orang, terlepas dari identitas,” katanya.

Pendukung BDS Meningkat

Rahul Saksena, seorang pengacara yang didedikasikan untuk melindungi hak-hak orang di AS yang berbicara untuk kebebasan Palestina, mengatakan, perintah eksekutif Cuomo untuk memasukkan ke daftar hitam para pendukung BDS karena dianggap “melanggar hak konstitusional yang mendasar”.

Baca Juga: AS Pertimbangkan Hapus HTS dari Daftar Teroris

Barghouti mengatakan, meskipun Israel melakukan fokus baru terhadap BDS, tapi gerakan ini justeru mengalami peningkatan dukungan. Terutama di tingkat akar rumput seperti di antara serikat pekerja, asosiasi akademik, seniman, kelompok gereja dan beberapa pemerintah.

Sarjana sejarah dan politik Timur Tengah Marwan Hanania mengatakan, meskipun gerakan BDS terus mendapatkan perhatian, tapi itu belum memiliki dampak ekonomi yang signifikan kepada Israel.

Menurutnya, BDS harus fokus secara ketat kepada kegiatan Israel di Tepi Barat dan Gaza, yang bahkan bisa menarik dukungan dari sayap kiri Israel.

“Sangat penting bagi para aktivis untuk memperluas wawasan mereka dan berusaha untuk menjadi lebih inklusif,” katanya.

Baca Juga: Mahasiswa Yale Ukir Sejarah: Referendum Divestasi ke Israel Disahkan

Pandangan Hanania senada dengan teori akademis dan politisi AS Noam Chomsky, yang menggambarkan BDS bersifat “terlalu luas”.

“Saya mendukung aspek BDS ditujukan pada wilayah-wilayah pendudukan. Mereka adalah orang-orang yang telah berhasil. Mereka berprinsip dan benar,” kata Chomsky, meski ia menentang tindakan yang diambil “terhadap Israel itu sendiri”.

Menurutnya, gerakan itu akan seperti memboikot AS untuk kebijakan pemerintahnya.

“Saya tidak menyarankan memboikot Universitas Harvard dan universitas saya sendiri, meskipun Amerika Serikat terlibat dalam tindakan mengerikan. Anda mungkin juga akan memboikot Amerika Serikat,” kata Chomksy.

Baca Juga: Israel Caplok Golan, PBB Sebut Itu Pelanggaran

Ia menambahkan, memboikot bisnis Israel dan produk luar wilayah pendudukan tidak akan efektif. (T/P004/P4)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: AS Tolak Laporan Amnesty yang Sebut Israel Lakukan Genosida di Gaza

Rekomendasi untuk Anda

Asia
Palestina
Timur Tengah
Palestina
Palestina
Sosok
Indonesia
MINA Preneur
Kolom