Kairo, 22 Ramadhan 1434/30 Juli 2013 (MINA) – Untuk membahas perkembangan terbaru dan langkah mendukung Palestina. Presiden Palestina, Mahmoud Abbas mengadakan pembicaraan dengan presiden sementara Mesir Adly Mansour pada Senin kemarin (29/7).
Dalam kunjungan resmi singkat ke Kairo itu, Abbas ditemani Anggota Komite Sentral Fatah dan Kepala negosiator rekonsiliasi Fatah dengan Hamas, Azzam al-Ahmad, juga bertemu dengan beberapa tokoh penting Mesir lainnya, termasuk Perdana Menteri interim Hazem al-Biblawi.
Dalam kunjungannya mereka membahas perkembangan terbaru di Mesir, hubungan bilateral dan isu-isu yang menjadi kepentingan bersama, termasuk perbatasan Rafah, lapor Kantor Berita Palestina WAFA yang dikutip Mi’raj News Agency (MINA), Selasa (30/7).
Mereka juga akan membahas situasi Palestina di Mesir mengingat pemasangan kritik media untuk gerakan Hamas Palestina atas tuduhan ikut campur dalam urusan Mesir.
Baca Juga: RSF: Israel Bunuh Sepertiga Jurnalis selama 2024
Abbas akan memperbarui pejabat Mesir pada perundingan Palestina-Israel, dilanjutkan Senin (29/7) di Washington, AS.
Kunjungan Abbas ke Kairo akan menjadi kunjungan pertama oleh pemimpin Palestina sejak militer menggulingkan presiden terpilih Muhammad Mursi pada 3 Juli 2013 lalu.
Mediator Rekonsiliasi Hamas-Fatah
Mesir menjadi mediator upaya rekonsiliasi dengan Hamas dan Fatah selama hampir dua tahun. Mesir juga berhasil menjadi mediator gencatan senjata saat terjadinya perang antara gerakan perlawanan Palestina di Jalur Gaza dengan Israel pada November 2012 lalu.
Baca Juga: Al-Qassam Sita Tiga Drone Israel
Sebelumnya, presiden Mesir terguling, Muhammad Mursi terus berkomitmen dalam mensponsori upaya untuk mencapai rekonsiliasi antar faksi Palestina terutama antara Fatah dan Hamas.
Berkat mediasi Mesir, kedua faksi mencapai kesepakatan persatuan pada Mei 2011 dengan mensponsori penandatangan perjanjian rekonsiliasi antara Hamas dan Fatah untuk membentuk pemerintah persatuan dan mengakhiri konflik internal Palestina yang telah dimulai sejak tahun 2007.
Kesepakatan Kairo 2011 itu dimaksudkan untuk membuka jalan bagi pemilihan presiden dan legislatif yang direncanakan dilaksanakan pada Mei 2012.
28 November 2012, penandatanganan kesepakatan gencatan senjata antara faksi-faksi Palestina dan penjajah Israel dilakukan. Dalam gencatan senjata itu, tuntutan-tuntutan rakyat Palestina diakomodasi dengan dimulainya pembukaan perlintasan dan berupaya dalam pembebasan penuh blokade di Jalur Gaza.
Baca Juga: Parlemen Inggris Desak Pemerintah Segera Beri Visa Medis untuk Anak-Anak Gaza
Pada Desember 2012, pasca penandatanganan genjatan senjata, para pemimpin Hamas dan Fatah menyerukan pembaruan upaya rekonsiliasi yang telah terhenti selama lebih dari satu tahun dengan dimediasi oleh Mesir. (T/P02/R2).
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Paus Fransiskus Terima Kunjungan Presiden Palestina di Vatikan