Bahron Ansori*
Terkadang, kita ini terlalu gampang melakukan evaluasi atas setiap hal yang sudah dilakukan. Evaluasi sekedar evaluasi memang bukan hal yang sulit, namun yang lebih penting dan utama dalam evaluasi adalah bagaimana menyadari dengan benar apa yang menjadi kelemahan dan kelebihan selama waktu yang lalu berjalan. Dalam sebuah evaluasi, ada dua hal yang mesti menjadi pemikiran antara lain; apa yang selama ini sudah dilakukan dan dihasilkan, dan apa yang harus menjadi rencana di masa yang akan datang.
Evaluasi akan menjadi cambuk bagi sebuah lembaga yang menginginkan kemajuan berarti. Karena itu, agar sebuah evaluasi itu behasil memberikan perubahan yang bermakna, maka diperlukan perencanaan yang matang untuk melangkah ke jenjang berikutnya yang sedang atau sudah ditargetkan. Sebab bukan tidak mungkin, evaluasi hanya akan menjadi wacana kosong bila tak disisipi dengan keseriusan dan kesungguhan untuk mewujudkan apa yang sudah direncanakan.
Dengan kata lain, evaluasimerupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam meningkatkan kualitas, kinerja, atau produktifitas suatu lembaga dalam melaksanakan programnya. Fokus evaluasi adalah individu, yaitu prestasi belajar yang dicapai kelompok. Melalui evaluasi akan diperoleh informasi tentang apa yang telah dicapai dan apa yang belum dicapai. Selanjutnya, informasi ini digunakan untuk perbaikan suatu program.
Baca Juga: 5 Adab Mulia yang Harus Diketahui Peserta Tabligh Akbar
Definisi Evaluasi
Evaluasi menurut Griffin & Nix (1991) adalah judgment terhadap nilai atau implikasi dari hasil pengukuran. Menurut definisi ini selalu didahului dengan kegiatan pengukuran dan penilaian. Menurut Tyler (1950), evaluasi adalah proses penentuan sejauh mana tujuan pendidikan telah tercapai. Masih banyak lagi definisi tentang evaluasi, namun semuanya selalu memuat masalah informasi dan kebijakan, yaitu informasi tentang pelaksanaan dan keberhasilan suatu program yang selanjutnya digunakan untuk menentukan kebijakan berikutnya.
Evaluasi secara singkat juga dapat didefinisikan sebagai proses mengumpulkan informasi untuk mengetahui pencapaian belajar kelas atau kelompok. Hasil evaluasi diharapkan dapat mendorong guru untuk mengajar lebih baik dan mendorong peserta didik untuk belajar lebih baik. Jadi, evaluasi memberikan informasi bagi kelas dan guru untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Informasi yang digunakan untuk mengevaluasi program pembelajaran harus memiliki kesalahan sekecil mungkin. Evaluasi pada dasarnya adalah melakukan judgment terhadap hasil penilaian, maka kesalahan pada penilaian dan pengukuran harus sekecil mungkin.
Stark dan Thomas (1994) menyatakan, evaluasi yang hanya melihat kesesuaian antara unjuk kerja dan tujuan telah dikritik karena menyempitkan fokus dalam banyak situasi pendidikan. Hasil yang diperoleh dari suatu program pembelajaran bisa banyak dan multi dimensi. Ada yang terkait dengan tujuan, ada yang tidak. Yang tidak terkait dengan tujuan bisa bersifat positif dan bisa negatif. Oleh karena itu, pendekatan goal free dalam melakukan evaluasi layak untuk digunakan. Walaupun tujuan suatu program adalah untuk meningkatkan prestasi belajar, namun bisa diperoleh hasil lain yang berupa rasa percaya diri, kreatifitas, kemandirian, dan lain-lain.
Baca Juga: Zionis Manfaatkan Serangannya ke Iran untuk Tutup Masjid Al-Aqsa
Astin (1993) mengajukan tiga butir yang harus dievaluasi agar hasilnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Ketiga butir tersebut adalah masukan, lingkungan sekolah, dan keluarannya. Selama ini yang dievaluasi adalah prestasi belajar peserta didik, khususnya pada ranah kognitif saja. Ranah afektif jarang diperhatikan lembaga pendidikan, walau semua menganggap hal ini penting, tetapi sulit untuk mengukurnya.
Secara umum, tujuan evaluasi adalah untuk menghimpun data dan informasi yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau kemajuan yang dialami sebuah lembaga tertentu setelah mengikuti proses kinerja lembaga dalam jangka waktu tertentu. Dengan kata lain, tujuan umum evaluasi adalah untuk memperoleh data pembuktian yang akan menjadi petunjuk sampai di mana tingkat pencapaian kemajuan sebuah lembaga terhadap tujuan atau kompetensi yang telah ditetapkan setelah menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
Secara khusus, evaluasi merupakan cara untuk merangsang aktivitas anggota sebuah lembaga untuk menghasilkan karya terbaik. Tanpa evaluasi tak mungkin timbul semangat atau rangsangan pada diri anggota sebuah lembaga untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasinya masing-masing.
Tujuan lain dari sebuah evaluasi adalah untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan anggota dalam mengikuti program kerja yang sudah diterapkan, sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara perbaikannya.
Baca Juga: Mengapa Israel Nekat Menyerang Iran?
Evaluasi dalam Islam
Dari Syadad bin Aus r.a., dari Rasulullah Shallallahu alaihi Wa Sallam., bahwa beliau berkata, “Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala.” (HR. Imam Turmudzi, ia berkata, Hadis ini hasan).
Hadis di atas menggambarkan betapa pentingnya evaluasi diri dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Karena hidup di dunia merupakan rangkaian dari sebuah planing dan misi besar seorang hamba, yaitu menggapai keridhaan Rabb-nya. Dalam menjalankan misi tersebut, seseorang tentunya harus memiliki visi (ghayah), perencanaan (ahdaf), strategi (takhtith), pelaksanaan (tatbiq) dan evaluasi (muhasabah). Hal terakhir merupakan pembahasan utama yang dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi Wa Sallam. dalam hadis tersebut. Bahkan dengan jelas, Rasulullah mengaitkan evaluasi dengan kesuksesan, sedangkan kegagalan dengan mengikuti hawa nafsu dan banyak angan.
Seorang Muslim tidak seharusnya hanya berwawasan sempit dan terbatas, sekedar pemenuhan keinginan untuk jangka waktu sesaat. Namun lebih dari itu, seorang Muslim harus memiliki visi dan planing untuk kehidupannya yang lebih abadi. Karena orang sukses adalah yang mampu mengatur keinginan singkatnya demi keinginan jangka panjangnya. Orang bertakwa adalah yang ‘rela’ mengorbankan keinginan duniawinya, demi tujuan yang lebih mulia, ‘kebahagian kehidupan ukhrawi.’
Baca Juga: Palestina di Tengah Pusaran Konflik Israel dan Iran
Dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu Wa Ta’ala. sering mengingatkan hamba-hamba-Nya mengenai visi besar ini, di antaranya ada dalam Qs. Al-Hasyr (59): 18–19, “Wahai orang-orang yang beriman! Takwalah kepada Allah dan hendaklah merenungkan setiap diri, apakah yang telah diperbuatnya untuk hari esok. Dan takwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah itu Maha Mengetahui apa pun yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang melupakan Allah, lalu Allah pun membuatnya lupa kepada dirinya sendiri; itulah orang-orang yang fasik.”
Evaluasi atas visi inilah yang digambarkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi Wa Sallam. sebagai kunci pertama dari kesuksesan. Selain itu, Rasulullah Shallallahu alaihi Wa Sallam. juga menjelaskan kunci kesuksesan yang kedua, yaitu action after evaluation. Artinya setelah evaluasi harus ada aksi perbaikan. Hal ini diisyaratkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi Wa Sallam. dengan sabdanya dalam hadis di atas dengan ’dan beramal untuk kehidupan sesudah kematian.’ Potongan hadis yang terakhir ini diungkapkan Rasulullah Shallallahu alaihi Wa Sallam, langsung setelah penjelasan tentang evaluasi. Karena evaluasi juga tidak akan berarti apa-apa tanpa ada tindak lanjut atau perbaikan.
Intinya, seorang Muslim atau sebuah lembaga, jika menginginkan kesuksesan harus melakukan evaluasi yang bukan sekedar evaluasi tapi lebih kepada planing dan aksi yang nyata. Sekali lagi, sebuah evaluasi hanya akan menjadi angan kosong jika tak ada planing matang dan action yang harus segera diaplikasikan. (R2/IR).
*Redaktur Miraj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Dampak Perang Israel dan Iran terhadap Perekonomian Global
Miraj Islamic News Agency (MINA)