Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Makna Kehidupan Dunia dalam Surah Al-Hadid Ayat 20

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 42 detik yang lalu

42 detik yang lalu

0 Views

Ilustrasi

DALAM Al-Qur’an, Allah sering kali mengingatkan manusia tentang hakikat kehidupan dunia. Salah satu ayat yang menjelaskan dengan gamblang adalah Surah Al-Hadid ayat 20. Ayat ini menggambarkan dunia sebagai sesuatu yang sementara, penuh permainan, perhiasan, dan persaingan yang sering kali melalaikan manusia dari tujuan hakiki, yaitu akhirat.

Allah berfirman dalam ayat ini:

اللَّهْوِ وَلَعِبٍ ۖ وَزِينَةٍ وَتَفَاخُرٍ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٍ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Ketahuilah bahwa kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan, serta saling berbangga di antara kalian dan berlomba-lomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanamannya mengagumkan para petani, kemudian ia mengering, lalu kamu melihatnya menguning, kemudian hancur. Dan di akhirat ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Qs. Al-Hadid: 20)

Ayat ini memuat beberapa poin penting tentang dunia. Allah mengawali dengan menyebut dunia sebagai permainan (لَهْوٌ) dan senda gurau (لَعِبٌ), yang menunjukkan sifatnya yang sementara dan tidak membawa manfaat hakiki jika tidak digunakan dengan benar. Dunia juga dipenuhi perhiasan (زِينَةٌ), sesuatu yang memikat hati manusia, tetapi sifatnya hanya sesaat. Lebih lanjut, manusia seringkali terjebak dalam persaingan dan kebanggaan (تَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ) dalam hal kekayaan, status sosial, dan jumlah anak keturunan.

Baca Juga: Urgensi Hidup Berjamaah dalam Islam

Allah kemudian menggambarkan dunia dengan perumpamaan hujan yang menumbuhkan tanaman, mengagumkan para petani (كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ). Tanaman itu tumbuh dengan indah dan subur, tetapi kemudian ia kering, menguning, dan akhirnya hancur menjadi rapuh (ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا). Ini melambangkan bagaimana dunia tampak menarik dan mempesona, tetapi pada akhirnya akan musnah.

Setelah dunia berakhir, manusia akan menghadapi kehidupan akhirat yang berisi dua kemungkinan: azab yang dahsyat (عَذَابٌ شَدِيدٌ) bagi mereka yang lalai, atau ampunan dan keridhaan Allah (مَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ) bagi mereka yang memanfaatkan dunia sebagai sarana ibadah.

Di akhir ayat, Allah menutup dengan pernyataan tegas bahwa kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu (مَتَاعُ الْغُرُورِ). Dunia adalah fatamorgana yang tampak indah, tetapi pada akhirnya hanya menipu orang yang tidak menyadari hakekatnya.

Dalam ayat ini, terdapat banyak pelajaran dari sisi bahasa Arab. اللَّهْوُ وَلَعِبٌ adalah isim nakirah yang menunjukkan sifat umum dari dunia, yaitu sesuatu yang melalaikan. Kata زِينَةٌ (perhiasan) dan تَفَاخُرٌ (saling berbangga) berbentuk masdar, yang menunjukkan bahwa perbuatan tersebut terjadi secara berulang-ulang di dunia.

Baca Juga: Penafsiran Pembukaan UUD 1945 Mengenai Kemerdekaan sebagai Hak Segala Bangsa Ternyata Mengacu pada Palestina

Bagian كَمَثَلِ غَيْثٍ (seperti hujan) menggunakan harf jar كـ untuk menyatakan perumpamaan. Kata يَهِيجُ (kering) berasal dari akar ه-ي-ج, yang menunjukkan perubahan drastis dari subur menjadi kering. Sedangkan تَرَاهُ (engkau melihatnya) adalah fi‘il mudhari‘ dari ر-أ-ى, yang menunjukkan kejadian yang terus berlangsung.

Ayat dan Hadis Terkait

Pertama, QS. Al-Kahfi: 45, “Perumpamaan kehidupan dunia seperti air yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanaman-tanaman di bumi, kemudian menjadi kering diterbangkan angin…”

Kedua, QS. Al-‘Ankabut: 64, “Dan tidaklah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan permainan. Sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, kalau mereka mengetahui.”

Baca Juga: Kunjungan Bersejarah Presiden Erdogan ke Indonesia: Mempererat Diplomasi dan Dukungan bagi Palestina

Hadis Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah bersabda, “Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau seorang musafir.” (HR. Bukhari)

Dalam hadis lain disebutkan, “Dunia ini terlaknat, dan semua yang ada di dalamnya juga terlaknat, kecuali dzikir kepada Allah dan sesuatu yang mendukungnya, serta orang yang berilmu atau orang yang mencari ilmu.” (HR. Tirmidzi, hasan shahih)

Komentar Ulama Salaf

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa dunia hanyalah kesenangan sementara. Manusia yang cerdas adalah mereka yang lebih fokus pada kehidupan akhirat dibandingkan mengejar dunia.

Baca Juga: Sambut Ramadhan dengan Bekal Ilmu, Taubat dan Doa

Al-Qurtubi mengatakan bahwa dunia seperti fatamorgana. Banyak orang tertipu oleh dunia dan baru menyadari kesalahannya ketika ajal tiba.

Ibnul Qayyim menegaskan bahwa dunia hanyalah ujian. Allah menjadikan dunia sebagai sarana, bukan tujuan. Barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai tujuan utama, ia akan tertipu.

Jadi ayat dalam surat Al Hadid ayat 20 ini mengajarkan bahwa dunia hanyalah ujian dan kesenangan sementara yang tidak boleh melalaikan manusia dari akhirat. Keindahan dunia bisa membuat manusia terbuai, tetapi pada akhirnya dunia akan sirna. Oleh karena itu, orang yang beriman harus menggunakan dunia sebagai sarana untuk mencari keridhaan Allah, bukan menjadikannya sebagai tujuan utama, wallahu a‘lam.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Perlu Tahu, Ini Keuntungan yang Didapat dalam Perjuangan Pembebasan Al-Aqsa dan Palestina

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Tausiyah
Tausiyah
Tausiyah