Karachi, MINA – Peraih Nobel Perdamaian termuda di dunia Malala Yousafzai menyebutkan, sudah lebih dari 40 hari siswa-siswi di wilayah Jammu dan Kashmir yang dikelola India belum bisa bersekolah.
“Saya sangat prihatin dengan laporan 4.000 orang, termasuk anak-anak, yang ditangkap secara sewenang-wenang dan dipenjara, siswa yang belum bisa bersekolah selama lebih dari 40 hari, gadis-gadis yang takut meninggalkan rumah mereka,” kata Malala, seperti dikutip dari Anadolu Agency (AA), Ahad (15/9).
Ia mendesak para pemimpin dunia yang akan menghadiri sesi Majelis Umum PBB (UNGA) mendatang di New York untuk membantu siswa-siswi di wilayah itu kembali dengan selamat ke sekolah.
Ia juga menyatakan kekhawatirannya atas situasi yang memburuk bagi Muslim di Jammu dan Kashmir, menyusul keputusan Pemerintah New Delhi menarik status khusus yang diberikan kepada wilayah itu.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
Malala adalah aktivis yang ditembak di kepala oleh militan Taliban pada 2012, karena dia gemar mengkampanyekan pendidikan bagi kaum wanita di Pakistan. Malala berhasil selamat dan tinggal di Inggris, sebelum akhirnya meraih Nobel Perdamaian tahun 2014 karena kiprahnya memperjuangkan pendidikan kaum wanita.
Sementara itu, beberapa kelompok hak asasi manusia termasuk Human Rights Watch dan Amnesty International telah berulang kali meminta India untuk mencabut pembatasan dan membebaskan tahanan politik.
Dari tahun 1954 hingga 5 Agustus 2019, Jammu dan Kashmir menikmati status khusus di bawah konstitusi India, yang memungkinkannya untuk memberlakukan hukumnya sendiri.
Ketentuan-ketentuan itu juga melindungi undang-undang kewarganegaraan wilayah tersebut, yang melarang orang luar menetap dan memiliki tanah di wilayah tersebut.
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia
India dan Pakistan sama-sama memiliki wilayah di Kashmir, kedua negara telah berperang dua kali atas daerah itu. Sementara itu, China juga mengendalikan sebagian wilayah yang diperebutkan. (T/Sj/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September