
Malala Yousafzai memberikan pidato saat ia mengungkapkan potret resminya oleh seniman Nasser Azam di Barber Institute Of Fine Art pada 29 November 2015 di Birmingham, Inggris, (dok. TIME)
London, MINA – Malala Yousafzai, pemenang termuda Hadiah Nobel Perdamaian, meminta Aung San Suu Kyi, rekan sesama peraih Hadiah Nobel yang juga pemimpin de facto Myanmar, mengutuk perlakuan ‘tragis dan memalukan’ terhadap Muslim Rohingya.
Hampir 90.000 orang Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh sejak kekerasan meletus di Myanmar pada Agustus lalu dalam tantangan politik terbesar yang dihadapi pemimpin de facto Suu Kyi.
Suu Kyi dikecam oleh kritikus Barat karena tidak berbicara sepatah kata pun soal penindasan Rohingya.
“Selama beberapa tahun terakhir, saya berulang kali mengecam perlakuan tragis dan memalukan ini,” kata Malala dalam sebuah pernyataan di Twitter. “Saya masih menunggu rekan peraih Nobel Aung San Suu Kyi untuk melakukan hal yang sama.”
Baca Juga: Trump Terkejut Atas Penolakan Mesir dan Yordania Soal Relokasi Warga Gaza
“Dunia sedang menunggu dan Muslim Rohingya sedang menunggu,” ujarnya seperti dilaporkan CNN, Selasa (5/9).
Sebelumnya sejumlah aktivis di Indonesia pada hari Sabtu meminta Komite Nobel untuk menarik Hadiah Nobel perdamaian Suu Kyi selama demonstrasi di luar kedutaan Myanmar di Jakarta, kantor berita Antara melaporkan.
Malala (20 tahun) menjadi terkenal ketika seorang pejuang Taliban menembaknya di kepala pada tahun 2012 setelah dia menjadi sasaran kampanye melawan upaya Taliban untuk menolak pendidikan perempuan.
Kegigihan dalam memperjuangkan pendidikan bagi anak-anak perempuan di negaranya, Pakistan, membuat Malala memenangi Hadiah Nobel Perdamaian tahun 2014. (T/R11/P2)
Baca Juga: Lavrov: G20 Sambut Baik Perundingan Rusia-AS di Riyadh
Miraj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Rusia Soroti Perlunya Palestina Merdeka untuk Selesaikan Krisis Gaza