Malaysia Akan Beli 3 Drone dari Turki

Pesawat tanpa awak (drone) yang dibuat perusahaan pertahanan Turkiye, Turkish Aerospace Industries.(Foto: AA)

Kuala Lumpur, MINA – telah siap menjalin kerja sama dengan perusahaan pertahanan Turkiye, Turkish Aerospace Industries untuk menyediakan tiga pesawat tak berawak ().

Menurut laporan Defense News dilaporkan MEMO, Sabtu (15/10), pemerintah Malaysia telah memutuskan untuk membuat kontrak dengan Turkish Aerospace Industries (TUSAS).

Menteri Pertahanan Malaysia, Hishammuddin Hussein, dalam sebuah pernyataan resminya mengatakan, pembelian akan didanai di bawah rencana pengeluaran lima tahun negara itu, untuk anggaran pertahanan.

Setelah Raja Malaysia, Al-Sultan Abdullah, mengunjungi fasilitas TUSAS di Ankara, Turkiye, TUSAS mengumumkan Nota Kesepahaman untuk bekerja sama dengan MIMOS, pusat penelitian dan pengembangan Malaysia pada pekan lalu.

Keluarga drone Anka yang dibuat TUSAS dapat melakukan pengintaian, akuisisi dan identifikasi target, dan misi pengumpulan data intelijen.

Ini fitur teknologi radar elektro-optik/inframerah dan aperture sintetis. Pabrikan mengatakan pesawat memiliki kemampuan penerbangan otonom dan dapat lepas landas dan mendarat sendiri.

Keluarga UAV memiliki lebar sayap 17,5 meter dan panjang 8,6 meter, serta memiliki langit-langit layanan 30.000 kaki. Mereka dapat tetap mengudara pada ketinggian operasional 18.000-23.000 kaki selama lebih dari 30 jam.

Ada kemungkinan Malaysia akan memilih versi Anka-S, yang digunakan oleh militer dan Tunisia.

Varian itu menawarkan jangkauan data link 250 kilometer (31 mil) dan daya tahan 30 jam. Ini dapat dipersenjatai dengan berbagai bom dan rudal berpemandu presisi yang dikembangkan di Turki, termasuk seri bom berpemandu laser MAM yang telah bertempur di Libya, Suriah, Nagorno-Karabakh, dan Ukraina.

TUSAS juga memproduksi drone Aksungur, yang memiliki muatan dan daya tahan lebih tinggi, dan beroperasi dengan militer Turki.

Angkatan bersenjata Malaysia dan Penjaga Pantai berfokus pada pembajakan di sepanjang pantainya serta militansi dan terorisme di Laut Sulu, yang terletak di antara Malaysia timur dan Filipina selatan.

Malaysia terdiri dari dua daratan yang terpisah dengan garis pantai di sepanjang Selat Malaka yang strategis dan Laut Cina Selatan. Ini juga salah satu dari enam penuntut kepemilikan atas kelompok pulau Spratly yang disengketakan.(T/R1/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.