Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Malaysia Blokade Laut Filipina Selatan

Rudi Hendrik - Sabtu, 23 April 2016 - 12:49 WIB

Sabtu, 23 April 2016 - 12:49 WIB

1179 Views

Peta antara Sabah, Malaysia dan kepulauan di Filipina Selatan. (Gambar: Wikipedia.org)

Sabah, 15 Rajab 1437/23 April 2016 (MINA) – Pemerintah Malaysia memberlakukan blokade angkatan laut untuk mencegah serangan dari Filipina Selatan oleh kelompok militan.

Langkah itu diambil setelah Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengeluarkan travel warning yang mendesak warganya menghindari daerah Filipina Selatan karena ancaman serangan, penculikan dan pemberontakan.

Pemerintah Malaysia mengatakan tindakan itu untuk menghentikan serangkaian penculikan di perairan teritorialnya, demikian Al Jazeera memberitakan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Kelompok militan Abu Sayyaf yang berbasis di Mindanao, Filipina Selatan, telah melakukan penculikan warga Malaysia dan menyanderanya, termasuk beberapa kali menculik warga Indonesia yang masuk perairan Filipina.

Baca Juga: Turkiye Konfirmasi Tolak Akses Wilayah Udara untuk Presiden Israel

Namun, bagi beberapa keluarga di Filipina, blokade Malaysia itu memiliki dampak buruk.

Abdulhamil, penduduk dari Tawi-Tawi, Filipina Selatan, terhalangi ketika ingin membawa anaknya ke rumah sakit terdekat yang ada di Malaysia. Ia harus menyeberangi Laut Sulu, tapi terhalang blokade.

Selama berabad-abad, perairan ini telah menjadi rute perdagangan paling penting antara kedua negara.

Kelompok-kelompok hak asasi mengatakan, blokade mempengaruhi perdagangan dan rute transit bagi ribuan orang yang secara teratur menyeberang antara Sabah di Malaysia dan Tawi-tawi di Mindanao.

Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata

Lebih 70 persen warga sekitar Sabah menggantungkan ekonominya pada perdagangan kedua negara.

Kedutaan Besar Malaysia di Manila mengatakan tidak akan merilis pernyataan resmi tentang blokade.

Karena situasinya semakin memburuk, Gubernur Tawi-tawi meminta pemerintah Filipina berbuat lebih banyak.

Kelompok Abu Sayyaf telah mengancam akan memenggal kepala para sandera asing pada tanggal 25 April jika tebusan AS  $ 19,5 juta tidak dibayar. (T/P001/P2)

Baca Juga: Kepada Sekjen PBB, Prabowo Sampaikan Komitmen Transisi Energi Terbarukan

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Presiden Brazil: Tak Ada Perdamaian di Dunia tanpa Perdamaian di Gaza

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Asia