Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Manajemen Risiko dalam Bantuan Kemanusiaan

Redaksi Editor : Bahron Ans. - 5 jam yang lalu

5 jam yang lalu

6 Views

Upacara pembukaan Latihan Gabungan Ukhuwah Al-Fatah Rescue (UAR) (Foto: UAR)

Oleh Ubaydillah, Staf Pusat Data dan Informasi Ukhuwah Al-Fatah Rescue (UAR)

BANTUAN kemanusiaan di daerah bencana memerlukan kesiapan dan perhatian yang sangat tinggi terhadap keselamatan para relawan yang terlibat. Relawan yang bekerja di lapangan tidak hanya menghadapi tantangan berat dalam membantu korban bencana, tetapi juga terpapar pada berbagai risiko, baik fisik, kesehatan, maupun psikososial.

Manajemen risiko dalam bantuan kemanusiaan yang efektif sangat penting untuk memastikan keselamatan dan keberhasilan misi kemanusiaan. Maka hal itu parlu mendapatkn perhatian serius dari semua pihak, terutama relawan sendiri.

Dalam konteks ini, langkah-langkah pengendalian risiko, seperti eliminasi, substitusi, pengendalian teknik, pengendalian administratif, dan penggunaan alat pelindung diri (APD), menjadi kunci untuk menjaga keselamatan relawan.

Baca Juga: Urgensi Hidup Berjamaah dalam Islam

Langkah-langkah manajemen risiko yang dapat diterapkan dalam bantuan kemanusiaan di daerah bencana antara lain:

  1. Eliminasi: Meminimalisir Bahaya yang Ada.

Langkah pertama dalam manajemen risiko adalah eliminasi, yaitu meminimalisir sumber bahaya yang ada. Dalam konteks bencana, eliminasi bisa menjadi tantangan karena banyak bahaya yang sudah melekat di lingkungan bencana, seperti struktur bangunan yang runtuh, longsoran tanah, atau pencemaran air dan udara.

Namun, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi bahaya secara signifikan, seperti:

* Pemetaan risiko: Relawan perlu melakukan survei awal untuk mengidentifikasi area berisiko tinggi, seperti zona gempa atau banjir, dan menghindari lokasi tersebut sebisa mungkin

Baca Juga: Makna Kehidupan Dunia dalam Surah Al-Hadid Ayat 20

* Penghindaran kerja di area berbahaya: Jika kondisi medan tidak memungkinkan untuk bekerja dengan aman, maka lebih baik membatasi akses relawan ke area tersebut sampai keadaan lebih aman

Meskipun eliminasi bukan selalu solusi praktis dalam bencana, langkah ini harus tetap diprioritaskan jika memungkinkan, karena menghilangkan bahaya dari awal adalah cara terbaik untuk melindungi relawan.

  1. Substitusi: Mengganti dengan Alternatif yang Lebih Aman

Jika eliminasi tidak memungkinkan, langkah berikutnya adalah substitusi. Substitusi berarti menggantikan metode, alat, atau bahan yang berbahaya dengan alternatif yang lebih aman. Dalam konteks bantuan kemanusiaan, substitusi bisa diterapkan dalam beberapa cara:

* Penggunaan peralatan yang lebih aman: Misalnya, jika relawan harus bekerja di daerah yang rawan longsor, menggunakan alat berat atau crane untuk mengangkat puing-puing lebih aman daripada mengandalkan tenaga manual.

Baca Juga: Penafsiran Pembukaan UUD 1945 Mengenai Kemerdekaan sebagai Hak Segala Bangsa Ternyata Mengacu pada Palestina

* Menggantikan bahan berbahaya: Jika ada kebutuhan untuk menangani bahan kimia, seperti desinfektan atau pestisida, mengganti bahan berbahaya dengan alternatif yang lebih ramah lingkungan bisa mengurangi risiko kesehatan.

Penggantian dengan solusi yang lebih aman dapat mengurangi risiko yang dihadapi oleh relawan, namun tetap memperhatikan efektivitas dalam melaksanakan tugas kemanusiaan.

  1. Pengendalian Teknik: Rekayasa untuk Menangani Bahaya.

Jika eliminasi dan substitusi tidak cukup mengurangi risiko, langkah berikutnya adalah pengendalian teknik. Pengendalian teknik mencakup penggunaan teknologi, peralatan, atau rekayasa untuk mengurangi paparan terhadap bahaya. Beberapa contoh pengendalian teknik dalam konteks bantuan kemanusiaan di daerah bencana antara lain:

* Penggunaan sistem ventilasi atau perlindungan diri: Di daerah yang terpapar polusi debu atau bahan berbahaya, penggunaan sistem ventilasi portable atau masker respirator akan melindungi relawan dari risiko kesehatan.

Baca Juga: Kunjungan Bersejarah Presiden Erdogan ke Indonesia: Mempererat Diplomasi dan Dukungan bagi Palestina

* Peralatan pelindung: Dalam tugas penyelamatan atau evakuasi, menggunakan pelindung fisik seperti pelindung tubuh, pelindung kaki, atau helm dapat membantu mengurangi cedera akibat benda jatuh atau kecelakaan lainnya.

Pengendalian teknik harus menjadi bagian integral dari setiap operasi kemanusiaan, terutama di daerah bencana yang rentan terhadap berbagai bahaya fisik. Menggunakan teknologi dan peralatan yang tepat akan sangat mengurangi potensi cedera dan penyakit.

  1. Pengendalian Administratif: Kebijakan, Prosedur, dan Pelatihan Mengurangi Risiko.

Pengendalian administratif adalah langkah yang melibatkan peraturan, prosedur, dan pelatihan untuk mengelola risiko. Dalam situasi bencana, pengendalian administratif sangat penting karena sering kali melibatkan banyak relawan dengan latar belakang yang berbeda-beda. Beberapa contoh pengendalian administratif yang perlu diterapkan adalah:

* Penyusunan prosedur kerja yang jelas dan standar operasional prosedur (SOP): Memastikan bahwa semua relawan tahu apa yang perlu dilakukan dan langkah-langkah yang harus diambil dalam situasi darurat sangat penting untuk mengurangi risiko. Prosedur ini harus mencakup pengaturan komunikasi, evakuasi, dan penanganan korban.

Baca Juga: Sambut Ramadhan dengan Bekal Ilmu, Taubat dan Doa

* Pelatihan dan orientasi keselamatan: Sebelum terjun ke lapangan, relawan harus diberi pelatihan keselamatan, termasuk cara menggunakan APD dengan benar, teknik pertolongan pertama, serta prosedur untuk menghindari risiko.

* Rotasi dan pembagian tugas yang adil: Menghindari kelelahan berlebihan dengan membatasi waktu kerja dan memberikan waktu istirahat yang cukup kepada relawan juga bagian dari pengendalian administratif.

Pengendalian administratif berfokus pada manajemen yang lebih baik untuk memastikan bahwa relawan bekerja dengan aman, efektif, dan mematuhi prosedur keselamatan yang ada.

  1. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD): Perlindungan Terakhir bagi Relawan

Langkah terakhir dalam manajemen risiko adalah penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Penggunaan APD berfungsi sebagai lapisan perlindungan terakhir ketika langkah-langkah lain tidak cukup. Dalam situasi bencana, APD yang tepat dapat mencegah cedera fisik atau paparan bahan berbahaya.

Baca Juga: Perlu Tahu, Ini Keuntungan yang Didapat dalam Perjuangan Pembebasan Al-Aqsa dan Palestina

Beberapa jenis APD yang penting untuk digunakan oleh relawan antara lain:

* Helm dan pelindung tubuh: Untuk melindungi relawan dari cedera akibat benda jatuh atau puing-puing.

* Masker atau respirator: Untuk melindungi dari inhalasi debu, asap, atau gas berbahaya yang sering muncul di lokasi bencana.

* Sarung tangan dan sepatu keselamatan: Untuk mencegah cedera fisik seperti luka atau tusukan dari puing-puing dan sampah.

Baca Juga: 10 Sifat Buruk yang Dibenci Allah, Nomor 7 Paling Berbahaya!

* Pelindung mata: Untuk melindungi dari debu atau bahan kimia yang bisa menyebabkan iritasi atau cedera.

APD harus disediakan dalam jumlah yang memadai, mudah diakses, dan digunakan secara konsisten oleh semua relawan untuk memastikan keselamatan mereka di lapangan.

Integrasi Langkah-Langkah Pengendalian Risiko

Dalam konteks bantuan kemanusiaan di daerah bencana, penerapan langkah-langkah pengendalian risiko sangat penting untuk melindungi relawan dan memastikan kelancaran operasi bantuan. Setiap langkah dalam hierarki pengendalian risiko saling melengkapi dan harus diterapkan secara komprehensif.

Baca Juga: Akhlak Mulia, Dakwah Mempesona: Kunci Keberhasilan Seorang Da’i

Mulai dari mengeliminasi bahaya, mengganti dengan alternatif yang lebih aman, melakukan rekayasa teknis, mengatur prosedur administratif, hingga memastikan penggunaan APD yang tepat, semuanya memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman bagi relawan.

Manajemen risiko yang baik bukan hanya melindungi relawan dari bahaya fisik, tetapi juga menjaga agar bantuan kemanusiaan dapat diberikan dengan efektif dan efisien. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak yang terlibat dalam misi kemanusiaan untuk selalu memperhatikan keselamatan dan kesejahteraan relawan agar mereka dapat memberikan bantuan dengan hati yang tenang dan tanpa rasa khawatir terhadap keselamatan diri mereka. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Fenomena Kegagalan Donald Trump

Rekomendasi untuk Anda