Manfaat Majelis Taklim, Pengajian Bagi Masyarakat

Oleh: Widi Kusnadi, wartawan MINA

Salah satu kelebihan orang dibanding warga negara lain adalah kegemaran dalam melakukan kegiatan keagamaan, diantaranya dengan adanya ().  Data Kemenag RI menunjukkan terdapat ratusan ribu majelis taklim di Indonesia, terbanyak ada di Provinsi Jawa Barat dengan 30.231 lembaga (data tahun 2020).

Majelis Taklim adalah lembaga atau kelompok masyarakat yang menyelenggarakan kegiatan keagamaan Islam nonformal sebagai sarana dakwah. Dalam peraturan Menteri Agama Nomor 29 Tahun 2019 tentang Majelis Taklim, lembaga itu mempunyai peran strategis untuk meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama Islam, serta menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Keberadaan majelis taklim juga sejalan dengan tujuan nasional negara kita, yakni membentuk manusia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia, mewujudkan kehidupan beragama yang toleran dan humanis, dan memperkokoh nasionalisme, kesatuan, dan ketahanan bangsa.

Tidak hanya di Indonesia, para WNI di luar negeri juga melakukan hal yang sama, yakni membuat forum majelis taklim dengan berbagai variasinya. Hal itu terlihat dari banyaknya ustadz yang diundang ke Korea Selatan, Taiwan, Malaysia, Australia dan negara lainnya untuk dapat memberi tausiyah kepada mereka.

Dari sekian banyak majelis taklim itu, yang paling banyak anggotanya adalah kaum ibu-ibu. Mereka menjadi kelompok yang cukup antusias dan rajin menghadiri pengajian dan menjadi anggotanya. Bahkan seorang ibu bisa menjadi anggota di beberapa pengajian karena mereka merasakan manfaat di dalamnya.

Baca Juga:  Refleksi Hardiknas dan Penguatan Kembali Ekosistem Pendidikan Kita

Di Jakarta, ada Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) yang dibentuk sejak 1 Januari 1981, oleh Prof. Hj. Tutty Alawiyah.  Beliau pernah mendapat amanah sebagai Menteri Negara Peranan Wanita  pada era Presiden Soeharto.

BKMT awalnya merupakan perhimpunan lebih dari 735 majelis taklim yang ada di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Kini lembaga itu telah berkembang mencapai ribuan majelis taklim dengan jutaan jamaah kaum Muslimah yang tersebar di 33 provinsi Indonesia.

Ketua Umum Majelis Taklim (MT) Nur Asiah Provinsi Maluku, Widya Pratiwi Murad mengatakan, majelis taklim tidak sekadar menjadi wadah berkumpul bagi ibu-ibu muslimah, tetapi keberadaannya menjadi tersendiri untuk pembangunan sumber daya manusia (SDM), memberikan sumbangsih pemikiran positif bagi pembinaan umat, terutama anak dan generasi muda dalam keluarga dan masyarakat.

Pengajian Sarana Meningkatkan Ilmu

Sebagaimana fungsi utamanya, pengajian mengajarkan ilmu agama kepada para pendengar dan anggotanya. Dengan ilmu yang disampaikan oleh para ustadz dan kiyai, para pendengar diharapkan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi bekal dalam mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi.

Ujian dan tantangan hidup yang semakin kompleks menuntut seseorang untuk terus meningkatkan kapasitas ilmunya. Maka, dengan bergabung dalam pengajian, atau ikut menyimak materi pengajian, hal itu akan sangat membantu masyarakat menemukan solusi dari persoalan yang dihadapi.

Baca Juga:  Ratusan Mahasiswa UI Berkumpul di Perkemahan Solidaritas Palestina

Maka dengan adanya majelis taklim dan pengajian, masyarakat tetap bisa belajar dan mendapatkan ilmu yang pastinya memberi manfaat dalam kehidupan mereka. Islam sangat menekankan kepada pemeluknya untuk terus menuntut ilmu. Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasalam bersabda:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ (رواه ابن عبد البر)

Menuntut ilmu itu adalah wajib bagi setiap laki-laki maupun muslim perempuan”. (HR. Ibnu Abdil Barr).

Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasalam memberi apresiasi tinggi kepada para penuntut ilmu dengan sabdanya:

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR Muslim)

Senada dengan hal itu, Imam As-Syafi’I berkata:

مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ الأَخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ

“Siapa yang menghendaki kehidupan dunia, maka harus disertai dengan ilmu. Dan siapa yang menghendaki kehidupan akhirat, juga harus dengan ilmu, dan siapa yang menginginkan keduanya (kebahagiaan) dunia akhirat, maka ia harus berilmu.”

Sebagaimana tugas seorang guru yang mendidik para siswa di sekolah untuk mencerdaskan mereka, maka para ustadz dan kiyai juga memiliki peran yang sama bagi para jamaah pengajiannya. Masyarakat juga memerlukan pengajaran yang terus-menerus dari orang yang memiliki kapasitas keilmuwan, dalam menghadapi tantangan kehidupan.

Baca Juga:  Erdogan Desak Muslim Bersatu Hentikan Genosida Israel di Gaza

Pengajian juga berperan penting dalam membentengi masyarakat dari segala bentuk kemaksiatan. Dengan ilmu dan arahan yang diberikan oleh para kiyai, masyarakat akan memiliki pemahaman yang benar dan mampu mencegah merebaknya penyakit sosial di masyarakat seperti perzinahan, beredarnya mimuman keras, judi, pertengkaran, dan lain sebagainya.

Pengajian Sarana Sharing pengalaman

Ketika Indonesia dalam kondisi pandemi, banyak komunitas-komunitas seperti majelis taklim, remaja , dan lembaga-lembaga filantropi yang memberikan bantuan kepada para penderita Covid-19, terutama mereka yang menjalani isolasi dan karantina di rumah. Bantuan berupa makanan dan obat-obatan tidak hanya bagi para korban, tetapi juga kepada keluarganya.

Dengan pengajian itu, mereka bisa berbagi pengalaman tentang bagaimana mengatasi dan menyembuhkan sebuah penyakit. Dengan pengajian itu mereka juga bisa berbagi rezeki yang diperlukan oleh orang yang memang membutuhkannya.

Para ustadz juga berperan dalam menguatkan mental masyarakat, meneguhkan kesabaran mereka dalam menghadapi musibah sehingga mereka mampu bertahan dan tetap memiliki sikap optimis ketika berada pada situasi sulit.

Hasilnya, Indonesia termasuk negara yang sukses keluar dari wabah Covid-19 dengan kategori penderita dan jumlah kematian yang rendah di antara negara-negara lain di dunia dan dalam jangka waktu yang lebih singkat di antara negara-negara tetangga.

Jadi, masihkah ada orang yang meragukan peran strategis lembaga pengajian bagi masyarakat? (A/P2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Widi Kusnadi

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.