Oleh: Rana Setiawan, Kepala Peliputan Kantor Berita MINA
Puasa Ramadhan merupakan salah satu kewajiban bagi seluruh Muslim yang mampu mengerjakan. Perintah kewajiban berpuasa di bulan penuh berkah itu disebutkan Allah dalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 183.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183)
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Selain itu dalam hadits diceritakan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1.000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.” (HR. Ahmad dan Nasa’i)
Umat Muslim diperintahkan untuk berpuasa selama Ramadhan sejak lebih dari 1.400 tahun lalu. Selain untuk meningkatkan ketakwaan seorang muslim, puasa juga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan.
Saat ini semakin banyak ilmuwan yang mengungkap manfaat puasa untuk kesehatan mental dan fisik.
Meski puasa Ramadhan kali ini masih di tengah pandemi Covid-19, tak perlu khawatir. Karena selama menerapkan pola makan yang baik, imunitas tubuh akan tetap terjaga, bahkan akan mendapatkan berbagai manfaat kesehatan.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Berbagai kajian penelitian tentang puasa akan berakibat baik bagi tubuh kita, termasuk dalam upaya meningkatkan daya tahan atau kekebalan tubuh terhadap penyakit, juga dalam menghadapi virus corona ini.
Memperkuat Daya Tahan Tubuh
Salah satu penelitian terkait puasa dan daya tahan tubuh atau sistem imun diteliti di University of Southern California. Dalam penelitian tersebut, para peneliti menemukan bahwa rasa lapar memicu sel-sel induk dalam tubuh memproduksi sel darah putih baru yang melawan infeksi.
Para peneliti menyebut puasa sebagai pembalik sakelar regeneratif yang mendorong sel induk menciptakan sel darah putih baru.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Penciptaan sel darah putih baru inilah yang mendasari regenerasi seluruh sistem kekebalan tubuh. Kabar baiknya adalah tubuh menyingkirkan bagian-bagian dari sistem yang mungkin rusak, tua, atau tidak efisien selama puasa. Hal ini membuat tubuh menginduksi perubahan yang memicu regenerasi sel induk untuk membuat sel sistem kekebalan tubuh baru.
Para peneliti juga menemukan, puasa berkepanjangan juga mengurangi enzim PKA. Enzim ini terkait erat dengan penuaan dan hormon yang meningkatkan risiko kanker dan tumor.
Mengontrol Gula Darah
Beberapa penelitian juga telah menemukan bahwa puasa dapat meningkatkan kontrol gula darah, yang sangat berguna bagi penderita diabetes. Selain itu, pembatasan asupan kalori dalam tubuh saat seseorang berpuasa juga dapat mengurangi resistensi insulin.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Penurunan resistensi insulin dapat meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin, sehingga tubuh dapat mengangkut glukosa dari aliran darah ke sel dengan lebih efisien.
Tak hanya itu, puasa juga dapat membantu menjaga gula darah tetap stabil lantaran mencegah lonjakan dan penurunan kadar gula darah dalam tubuh.
Meningkatkan Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan adalah hormin protein yang penting bagi banyak aspek kesehatan. Hormon penting ini dapat memengaruhi pertumbuhan, metabolisme, penurunan berat badan, dan kekuaran otot.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Sejumlah studi menunjukkan, puasa dapat meningkatkan kadar hormon pertumbuhan secara alami. Hormon pertumbuhan dapat meningkat optimal karena pengaruh kadar gula darah dan insulin yang lebih terkontrol saat puasa.
Mengaktifkan Autophagy (Detok Saat Berpuasa)
Penelitian lain tentang puasa pada 2016 dilakukan oleh Dr. Yoshinori Ohsumi dari Jepang, menerima Hadiah Nobel dalam bidang Fisiologi atau Kedokteran karena berhasil menemukan mekanisme di balik proses sel-sel tersebut, yang dikenal sebagai autophagy.
Autophagy merupakan istilah Yunani yang berarti ‘memakan diri sendiri’. Secara ilmiah, autophagy dikenal sebagai kemampuan sel dalam tubuh untuk memakan atau menghancurkan komponen tertentu di dalam sel itu sendiri.
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Melalui penelitiannya, Ohsumi menemukan bahwa autophagy memegang peran besar dalam tubuh. Mekanisme ini berperan besar dalam mengontrol fungsi-fungsi fisiologis penting di mana komponen sel perlu didegradasi dan didaur ulang.
Sebagian besar jaringan dalam tubuh manusia mengganti sel-sel mereka dengan yang baru secara teratur. Setiap organ membutuhkan waktu untuk memperbarui dirinya sendiri secara sepenuhnya. Namun, jaringan lain tidak pernah menggantikan sel mereka.
Sel-sel tubuh manusia hancur dan kemudian mendaur ulang bagian mereka sendiri secara terus-menerus. Ohsumi, ahli biologi sel, menghabiskan bertahun-tahun untuk mempelajari cara sel-sel manusia mendaur ulang sampah mereka.
Dalam seluruh penelitiannya, Ohsumi menerapkan puasa untuk merangsang tubuh agar mampu memecah sel-sel beracun dan membuang semua limbah. Ketika seseorang berpuasa, sel-sel dalam tubuhnya akan hidup lebih lama dan menghasilkan lebih banyak energi.
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Tubuhnya juga memiliki lebih sedikit peradangan. Selain itu, jika ia memilih untuk membatasi jumlah kalori yang ia konsumsi, kadar oksida nitrat dalam tubuhnya akan meningkat. Ini adalah molekul yang membantu detoksifikasi dan meremajakan tubuh.
Manfaat metode puasa ini untuk kesehatan manusia sangat banyak dan mencakup penurunan risiko penyakit jantung, seperti masalah neurologis dan diabetes, serta pengurangan peradangan, stres oksidatif, dan tekanan darah.
Kesimpulan dari riset tersebut menyarankan agar seseorang bisa menjalani praktik melaparkan diri (berpuasa) dua atau tiga kali dalam sepekan.
Maka manfaat dari ibadah berpuasa ini sebaiknya tak hanya dirasakan saat Ramadhan saja. Ibadah puasa sunnah yang rutin akan merangsang terjadinya proses autophagy lebih sering sehingga tubuh pun akan menjadi lebih sehat.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah
Meningkatkan Fungsi Otak
Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa puasa dapat melindungi kesehatan otak dan meningkatkan produksi sel saraf untuk membantu meningkatkan fungsi kognitif.
Selain itu, manfaat puasa juga dapat membantu mencegah gangguan neurodegeneratif.
Membuat Bahagia
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh
Selain itu, Dr Razeen Mahroof, seorang ahli anestesi dari Oxford, membantu National Health Service (NHS) untuk memetakan panduan puasa yang sehat selama Ramadhan.
Ia mengungkap, beberapa manfaat kesehatan yang bisa didapat dari berpuasa, antara lain menurunkan kadar kolesterol, diabetes dan tekanan darah lebih terkendali, hingga bisa menurunkan berat badan.
Selain itu, beberapa hari setelah Ramadhan, tubuh akan mulai menyesuaikan dengan pola makan dan minum yang baru, sehingga kadar endorfin yang lebih tinggi muncul dalam darah.
Meningkatnya kadar endorfin tentu membuat mereka yang berpuasa lebih waspada, lebih bahagia, dan berdampak pada kesehatan mental yang lebih baik.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-3] Rukun Islam
Sebuah penelitian juga menunjukkan, manfaat kesehatan kemungkinan didapat dari peralihan metabolisme, di mana puasa memicu tubuh untuk mengalihkan sumber energinya dari glukosa menjadi lemak dan keton.
Produksi keton, atau ketogenesis, dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap stres oksidatif dan peradangan, dengan efek menguntungkan bagi kesehatan dan penuaan.(A/R1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)