Yogyakarta, 2 Jumadil Akhir 1438/1 Maret 2017 (MINA) – Semakin menumpuknya volume sampah organik yang berasal dari sampah rumah tangga menjadi problem tersendiri yang sulit terpecahkan. Banyak masyarakat memilih langsung membuang sampah organik daripada memanfaatkannya.
Berbeda dengan sekelompok mahasiswa Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia (UII), ini justru menganggapnya sebagai lahan untuk menuangkan ide bisnisnya.
Berbekal pengetahuan yang mereka peroleh ketika kuliah, ketiga mahasiswa yakni Ika Bayu Kartikasari, Fatma Wahyu, dan Siti Hariyati berhasil menciptakan pelet ikan berprotein tinggi dengan memanfaatkan limbah sampah organik.
Ide yang mereka gagas cukup unik, sampah organik dimanfaatkan sebagai media tumbuh kembang larva lalat Black Sodier Fly (BSF) yang menjadi komponen utama pembuatan pelet ikan.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
Menurut Ika dalam keterangan pers laman resmi UII yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Rabu, lalat BSF memiliki keistimewaan yakni tidak membawa kuman penyakit. Tidak seperti lalat-lalat lainnya, yang apabila pernah hinggap di sampah lalu hinggap di makanan seseorang maka dapat menyebabkan penyakit.
“Lalat BSF ini larvanya sangat rakus dalam mengurai aneka sampah organik, seperti sampah rumah tangga, sisa nasi, sisa sayuran, hingga daun-daunan kering. Setelah melaksanakan tugasnya mengurai sampah, larva lalat selanjutnya kita panen sebagai bahan pembuatan pellet,” ungkapnya kepada Humas UII di kampus terpadu UII beberapa waktu lalu.
“Jadi tidak hanya volume sampah yang berkurang namun juga menghasilkan bahan pembuat pelet yang berprotein tinggi,” tuturnya.
Ditambahkan Hariyati, rekan setimnya “Untuk membuat lalat BSF mau hinggap dan bertelur di sampah organik, ada trik-trik tersendiri. Sampah organik harus diisolasi terlebih dahulu agar tidak ada jenis lalat lain yang hinggap di sana. Kemudian barulah ia menempatkan beberapa indukan lalat BSF di sampah organik tersebut.”
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia
Menurutnya, ketika lalat BSF hinggap di suatu media maka dipastikan lalat yang lain tidak akan hinggap di media tersebut, karena sudah menjadi daerah teritorialnya lalat BSF. “Setelah itu akan bermunculan larva yang memakan sampah. Larva yang berkembang hingga fase Pre Pupa dianggap sudah layak panen karena memiliki tekstur belum terlalu keras dan memiliki protein yang besar”, ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Fatma juga menjelaskan, larva lalat BSF dikenal sebagai salah satu serangga yang berprotein tinggi sehingga sangat baik sebagai sumber pakan ternak, baik unggas maupun ikan. Selain bergizi tinggi, larva lalat yang merupakan bahan organik juga tidak menimbulkan banyak pencemaran lingkungan.
“Untuk mengolah larva lalat menjadi pelet ikan perlu melalui tahapan-tahapan khusus,” ujarnya.
Pada tahap awal, larva yang telah memasuki fase Pre Pupa dipisahkan dari larva lainnya. Larva tersebut kemudian dimatikan dengan cara dioven sampai kering dan dijadikan serbuk. Proses selanjutnya adalah mencampur serbuk larva bersama dengan bahan-bahan lain yang diperlukan untuk membuat pelet, seperti dedak, bekatul, air, dan tepung kanji.
Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September
“Setelah tercampur dengan baik, maka barulah dicetak, dikeringkan, dan dibentuk menjadi ukuran standar pelet pakan ikan. Pelet yang sudah kering siap ditabur di kolam-kolam ikan,” jelasnya.
Karena metode pembuatannya yang tak terlalu rumit, ketiga mahasiswa UII itu berharap dapat menularkannya kepada masyarakat. “Harapan ke depannya, kita ingin melibatkan masyarakat sekitar bagaimana cara mengolah sampah rumah tangga yang selama ini hanya dibuang untuk diolah dan dimanfaatkan menjadi pakan ikan, pakan burung, pakan ayam dan lain sebagainya. Sehingga produk ini bisa bermanfaat untuk yang lainnya juga,” pungkas ketiga mahasiswa itu.
Produk pelet ikan yang diberi Magood Lelet Ikan ini sempat membawa ketiga mahasiswa UII mendapatkan penghargaan dalam kompetisi entrepreneurship UTU Awards yang diselenggarakan oleh Universitas Teuku Umar (UTU) di Meulaboh, Aceh akhir 2016. (T/R05/P1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Roma Sitio Raih Gelar Doktor dari Riset Jeruk Nipis