Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mantan Diplomat Swedia : Apartheid Israel adalah Kejahatan

Ali Farkhan Tsani - Ahad, 10 Mei 2020 - 02:53 WIB

Ahad, 10 Mei 2020 - 02:53 WIB

8 Views

Stockholm, MINA – Mats Svensson, mantan diplomat Swedia, mengatakan, praktik apartheid Israel adalah kejahatan sebagai potret pendudukan Israel.

Svensson yang juga penulis dan fotografer menyebutkan hal itu dalam buku-bukunya “Kejahatan, Korban, dan Saksi Apartheid di Palestina.” Termasuk volume terbarunya, “Apartheid adalah Kejahatan, Potret Pendudukan Israel,” yang baru saja dirilis oleh penerbit Cunepress di Seattle.

Svensson bergabung dengan pembawa acara Romana Rubeo di “Palestine Chronicle TV”, pada 6 Mei, untuk membahas pengalamannya yang luar bisa di Palestina. Demikian MEMO menyebutkan, Sabtu (9/5).

Ia menulis keseimbangan dirinya menjadi seorang diplomat dan manusia yang peduli tentang prinsip-prinsip keadilan dan persamaan.

Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka

“Saya pergi ke Palestina pada 2004. Sebelum itu, saya telah bekerja selama bertahun-tahun di Bangladesh, di Kongo dan di Afrika Selatan. Mereka meyakinkan saya untuk pergi ke Palestina. Saya mempersiapkan diri. Saya banyak membaca,” ujarnya.

“Saya menghabiskan sepuluh hari pertama untuk bergerak dan berbicara dengan jurnalis, politisi, dan orang-orang PBB. Saya ingat, saat itu pergi ke Qalqilya, di Tepi Barat Palestina yang diduduki. Saya melihat tembok untuk pertama kalinya,” ujarnya.

Ia menambahkan, “Saya berbicara dengan orang-orang yang kehilangan segalanya karena mereka memiliki tanah di sisi tembok yang salah yang terisolir. Kemudian saya pergi ke Hebron dan saya juga pergi ke Jalur Gaza. Sesuatu terjadi dalam diriku selama ini. Saya terkejut. Saya mengerti bahwa saya tidak siap sama sekali. Sesuatu telah memanipulasi saya tetapi saya tidak tahu apa itu, pada saat itu.”

Svensson merefleksikan pengalamannya di Afrika Selatan yang berjuang keras dan panjang melawan apartheid dan rasisme

Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant

“Ketika saya berada di Afrika Selatan, saya merasa ada sesuatu yang hilang, karena saya pergi ke sana setelah 1994, pada tahun 2000. Seolah-olah apa yang saya cari di Afrika Selatan sedang terjadi di Palestina sekarang,” imbuhnya.

Waktu yang dihabiskan Svensson di Palestina lebih dari cukup untuk meyakinkannya bahwa apa yang terjadi di Palestina bahkan lebih buruk daripada apartheid, dan bahwa “diplomasi diam-diam” tidak akan pernah berfungsi sebagai alat tekanan pada Israel untuk mengakhiri pendudukan Palestina. (T/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Iran: Veto AS di DK PBB “Izin” bagi Israel Lanjutkan Pembantaian

Rekomendasi untuk Anda