Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mantan Kepala Intel Israel: Tekanan Maksimum terhadap Iran Tidak Berhasil

Rudi Hendrik - Senin, 12 April 2021 - 19:59 WIB

Senin, 12 April 2021 - 19:59 WIB

1 Views

Director General of the National Security Studies (INSS) Amos Yadlin speaks at the Annual International Conference of the Institute for National Security Studies, in Tel Aviv, on January 29, 2020. Photo by Tomer Neuberg/Flash90 *** Local Caption *** ëðñ INSS îëåï îëììä áéèçåï ìàåîé òîåñ éãìéï

Yerusalem, MINA – Amos Yadlin, mantan Kepala Intelijen Pasukan Pertahanan Israel (IDF), mengatakan pada Ahad (11/4), tekanan maksimum terhadap program nuklir Iran tidak berhasil, malahan Iran bisa tetap maju dengan program nuklirnya.

“Saya prihatin dengan program nuklir Iran yang terus berkembang maju,” katanya setelah padamnya listrik  yang menghentikan pengayaan uranium di fasilitas nuklir Natanz.

Sumber intelijen tak dikenal mengatakan kepada media Ibrani bahwa dinas intelijen Israel, Mossad, berada di balik pemadaman listrik itu.

Sementara Iran menggambarkan tindakan itu sebagai “terorisme nuklir”, Times of Israel melaporkan.

Baca Juga: Iran Kirim Ratusan Drone ke Israel, Netanyahu Kabur

Insiden itu terjadi setelah Teheran dan Washington membuka pembicaraan tidak langsung tentang penyelamatan kesepakatan nuklir Iran 2015 di Wina pekan lalu, dengan sasaran bergabungnya kembali AS dalam kesepakatan itu, tapi potensi pemulihan hubungan ini dengan tegas ditentang Israel.

Beberapa pekan terakhir juga terlihat meningkatnya ketegangan dan tuduhan sabotase maritim antara Israel dan Iran.

Yadlin mengatakan, pemadaman listrik yang disebabkan oleh serangan siber tidak akan menjadi masalah yang signifikan jika Iran memiliki sistem cadangan, seperti generator, dan justru akan lebih menjadi pesan bagi Teheran.

Jika serangan yang dicurigai juga mengenai sistem tenaga cadangan fasilitas, “itu akan menjadi lebih serius,” dan kemungkinan akan memakan waktu beberapa bulan bagi Iran untuk pulih, katanya.

Baca Juga: Juru bicara Angkatan Bersenjata Iran: Israel akan Membayar Harga yang Mahal

“Tetapi jika seseorang benar-benar mencapai 6.000 sentrifugal – lama dan baru – itu pencapaian yang luar biasa,” kata Yadlin, yang mengepalai Institut Studi Keamanan Nasional.

Yadlin mengatakan, Iran memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk melanjutkan program nuklirnya, terlepas dari kerusakannya, tambahnya.

Dia mengatakan, kampanye “tekanan maksimum” Presiden AS Donald Trump sebelumnya tidak memperlambat upaya nuklir Iran, tetapi mendorong mereka maju.

Iran telah menetapkan persyaratan pada pembicaraan di Wina dengan permintaan tegas untuk menghapus seluruh sanksi secara bersamaan, tidak secara bertahap.

Baca Juga: Ayatollah Khamenei Sebut Israel Telah Tentukan Takdir Pahit karena Serang Iran

Sementara itu di fihak Israel, menurutnya, intelijen dan militer Israel berada di puncak krisis, tetapi upaya diplomatik negara itu lesu, karena Netanyahu fokus pada politik dan persidangannya di pengadilan, sementara pembentukan pemerintah baru setelah pemilu bulan lalu masih terperosok dalam kebuntuan politik .

Namun demikian pengamat pertahanan Channel 13 Alon Ben-David mengatakan, kerusakan pada Natanz dapat merusak pengaruh Iran dalam pembicaraan dengan AS.

“Di saluran keamanan dan intelijen, pejabat AS menyatakan kepuasannya atas kerusakan fasilitas tersebut,” katanya.

Pengamat pertahanan Channel 12 Ehud Ya’ari mengatakan, dengan kebocoran aksi Mossad yang jelas ke media Ibrani mengambil tanggung jawab atas insiden di Natanz.

Baca Juga: Panglima Tertinggi Garda Revolusi Iran Hossein Salami Tewas dalam Serangan Israel

“Kami semakin dekat dengan momen” di mana Iran tidak akan punya pilihan selain menanggapi dengan serangan militer miliknya sendiri, kata Ya’ari. (T/RI-1/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Israel Serang Iran, Status Darurat Nasional Diberlakukan

Rekomendasi untuk Anda