Washington, 1 Rabbiul Awwal 1435/2 January 2014 (MINA) – Mantan operator pesawat tanpa awak (drone) AS, Heather Linebaugh, Kamis (2/1) membeberkan kebohongan pejabat militer AS dalam mengugkapkan data mengenai korban-korban serangan pesawat itu.
Linebaugh mengungkapkan, ia kesulitan membedakan target, mana yang merupakan sasaran (pejuang Taliban) dan warga sipil, sehingga serangan justru banyak mengarah kepada warga sipil. Korbannya pun mayoritas wanita dan anak-anak.
“Saya merasakan betapa sulitnya membedakan sasaran ketika mengoperasikan drone. Hasilnya, hampir seluruh korban adalah warga sipil, sementara “para pejuang” tidak semakin berkurang, malah bertambah banyak,” kata Linebaugh kepada Press tv seperti dikutip Mi’raj News Agency (MINA).
Amnesti Internasional menyatakan sejumlah serangan drone Amerika Serikat (AS) berkategori ilegal yang menyebabkan korban sipil tewas. Bahkan tindakan yang dimuat sejumlah laporan organisasi internasional yang menyebabkan ribuan orang tewas itu bisa masuk dalam kejahatan perang.
Baca Juga: Presiden Venezuela: Bungkamnya PBB terhadap Gaza adalah Konspirasi dan Pengecut
Laporan terbaru yang dipublikasikan Selasa (22/10) menyebutkan bahwa serangan pesawat tak berawak AS di Pakistan menyebabkan seorang nenek, Mamana Bibi, tewas. Berdasarkan laporan sang cucu, ia terbunuh akibat serangan rudal pada 24 Oktober 2012 saat korban yang tinggal di daerah pemukiman suku Waziristan Utara sedang memetiki sayuran bersama dengan tiga cucunya.
Ketiga cucu dan beberapa korban yang ada di sekitarnya juga terluka akibat serangan tersebut. Selain seorang nenek berusia 68 tahun, serangan drone ternyata juga menghantam tenda tempat para pekerja beristirahat. Total 18 pekerja tewas akibat serangan rudal drone.
Ketika serangan terjadi 6 Juli tahun lalu, pejabat intelijen Pakistan menyatakan para korban adalah tersangka militan, namun kemudian diketahui ternyata para korban sama sekali tak memiliki kaitan dengan kegiatan aksi ekstrimis.
Amnesti Internasional pun meminta AS bertanggung jawab. AS, untuk menyelidiki laporan tewasnya warga sipil akibat serangan drone. Tak hanya itu, AS juga diminta memberikan ganti rugi kepada para korban.
Baca Juga: Protes Agresi Israel di Gaza, Mahasiswa Tutup Perpustakaan Universitas New York
Seorang peneliti Amnesti Internasional Pakistan, Mustafa Qadri, mengatakan, pembunuhan ini tak bisa dibenarkan. Ia menjelaskan di beberapa daerah memang ada ancaman nyata bagi pasukan AS dan sekutu mereka, namun sulit diterima akal sehat, seorang nenek bersama cucunya akan melakukan tindakan yang bisa membahayakan pasukan AS.
Organisasi lain, termasuk Long War Journal, New America Foundation dan Biro Investigasi Jurnalis berupaya melacak jumlah korban dari serangan drone. Kelompok-kelompok ini menunjukkan jumlah korban tewas bahkan telah mencapai 2.065 hingga 3.613 orang. Sementara 153 hingga 926 di antara korban adalah rakyat sipil.
AS melakukan serangan pesawat tanpa awak pertama di Pakistan sejak 2004. Hingga saat ini terhitung serangan drone ke wilayah Pakistan mencapai 350 kali . (T/P012/P04/E02)
Mi’raj News Agency (MINA).
Baca Juga: AS Pertimbangkan Hapus HTS dari Daftar Teroris
Baca Juga: Mahasiswa Yale Ukir Sejarah: Referendum Divestasi ke Israel Disahkan