Baghdad, MINA – Mantan perdana menteri Irak Adel Abdul-Mahdi mendesak Pemerintah Baghdad untuk bertindak lebih tegas dalam mengakhiri misi Amerika Serikat (AS) di negara Arab tersebut.
Abdul-Mahdi yang menjabat posisi perdana menteri antara tahun 2018 hingga 2020, menyampaikan pernyataan tersebut kepada jaringan berita televisi berbahasa Arab Iran, Al-Alam TV, dalam sebuah wawancara Sabtu (10/2).
“Pemerintah Irak harus mengambil posisi yang jelas dan sederhana, dan mengumumkan kepada Amerika akhir misinya pada tanggal tertentu,” katanya, Press TV melaporkan.
“Pasukan Amerika datang ke Irak [pertama-tama] sejalan dengan keputusan yang dibuat oleh pemerintah Irak, dan sekarang [juga], mereka harus pergi sesuai pemberitahuan pemerintah Irak,” kata Abdul-Mahdi.
Baca Juga: Sempat Dilaporkan Hilang, Rabi Yahudi Ditemukan Tewas di UEA
Amerika Serikat menginvasi Irak pada tanggal 20 Maret 2003, meninggalkan jejak kehancuran, kematian, dan kekacauan di negara Arab itu berdasarkan dugaan kepemilikan senjata pemusnah massal di Baghdad, sebuah tuduhan yang kemudian terbukti salah.
AS dan sejumlah sekutunya meluncurkan kembali operasi militer melawan negara tersebut pada tahun 2014 dengan dalih memerangi kelompok teroris Daesh (ISIS). Kelompok ini muncul di Irak dan negara tetangga Suriah sebelumnya, ketika Washington kehabisan alasan untuk memperluas campur tangan mereka di kawasan Asia Barat atau memperbesar skalanya.
Militer AS mengklaim akan mengakhiri misi tempurnya di Irak pada tahun 2021, tetapi menyatakan akan mempertahankan sekitar 2.500 tentara di negara tersebut sebagai penasihat, meskipun Baghdad dan sekutunya mengalami kekalahan telak terhadap kelompok ISIS pada akhir tahun 2017. (T/RI-1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Bahas Krisis Regional, Iran Agendakan Pembicaraan dengan Prancis, Jerman, Inggris