Wina, MINA – Mantan Presiden Austria, Heinz Fischer mengatakan keputusan Austria yang menentang resolusi PBB untuk segera melakukan gencatan senjata kemanusiaan di Jalur Gaza pada pertengahan Desember adalah sebuah kesalahan. Demikian dikutip dari MEMO, Selasa, (16/1).
“Dengan jawaban ‘tidak’, Austria memberikan suara bersama dengan Israel dan Amerika Serikat, namun berbeda dengan Jerman, Perancis, Inggris Raya, Swiss, Swedia, Finlandia, Australia, Selandia Baru, Kanada dan negara-negara UE lainnya, kecuali Rerpublik Ceko. Hal ini menimbulkan banyak keterkejutan dan keheranan, baik di Austria maupun dunia internasional,” ujarnya.
Resolusi tersebut merupakan hasil upaya intensif PBB dan berisi banyak tuntutan yang sangat penting dan benar, tambah Fischer.
Fischer juga berpendapat Israel mempunyai hak untuk “membela diri” setelah pada 7 Oktober, Pejuang Gaza Palestina melakukan Aksi Perlawanan Lintas Batas yang menewaskan lebih dari 1200 tentara dan pemukim ilegal pendudukan Israel, namun hal itu harus ada batasnya.
Baca Juga: Inggris Hormati Putusan ICC, Belanda Siap Tangkap Netanyahu
“Namun ada batasan dan hukum internasional yang harus dipatuhi untuk membela diri,” kata Fischer mengacu pada serangan militer Tel Aviv di Jalur Gaza, yang telah menimbulkan jumlah syahid lebih dari 24.000 warga Palestina dan menghancurkan hampir seluruh Gaza.
“Seorang ibu Palestina menangisi anaknya yang terbunuh, sama seperti seorang ibu Israel menangisi anaknya. Jika saya memikirkan hal ini, menurut saya PBB benar ketika menyerukan kepatuhan terhadap hukum internasional dan hak asasi manusia. Apalagi ketika masyarakat, khususnya warga sipil, tidak bisa mengungsi dari Jalur Gaza,” tambahnya.
Israel menyatakan perang terhadap Pejuang Gaza Palestina setelah serangan lintas batas pejuang pada 7 Oktober, yang diyakini telah menewaskan 1.200 orang dan menyandera 240 orang lagi.
Namun, sejak saat itu, Haaretz mengungkap bahwa helikopter dan tank tentara Israel, pada kenyataannya, telah membunuh banyak dari 1.139 tentara dan warga sipil yang dituduhkan oleh Israel telah dibunuh oleh Perlawanan Palestina.
Baca Juga: Guido Crosseto: Kami akan Tangkap Netanyahu Jika Berkunjung ke Italia
Pengeboman Israel terhadap Gaza, sejauh ini, telah menimbulkan lebih dari 24.000 orang syahid, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak, dan membuat 1,9 juta orang dari lebih dari 2,2 juta penduduk di wilayah kantong tersebut kehilangan tempat tinggal. Serangan-serangan tersebut juga menyebabkan kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan.
Ketua WHO, Tedros Ghebreyesus, mengatakan pada Ahad, bahwa orang-orang di Gaza hidup di neraka dan tidak ada tempat yang aman. (T/B03/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza