Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Manusia yang Paling Buruk di Sisi Allah: Sebuah Refleksi Hadist tentang Akhlak dan Kehidupan Bermasyarakat

Zaenal Muttaqin Editor : Widi Kusnadi - Sabtu, 4 Januari 2025 - 20:10 WIB

Sabtu, 4 Januari 2025 - 20:10 WIB

210 Views

(Foto: General AI)

SEBUAH hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Aisyah RA mengandung pesan mendalam tentang pentingnya menjaga akhlak dan hubungan sosial.

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda:

يا عَائِشَةُ إِنَّ شَرَّ النَّاسِ مَنْزِلَةً عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ وَدَعَهُ أَوْ تَرَكَهُ النَّاسُ اتِّقَاءَ فُحْشِهِ

“Hai Aisyah, sesungguhnya manusia yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah orang yang dihindari oleh manusia karena takut kejahatannya.” (HR Muslim, no. 4693).

Baca Juga: Empat Tahanan Palestina Terkemuka akan Dibebaskan: Siapakah Mereka?

Hadis ini memberikan pelajaran penting yang relevan untuk kehidupan sehari-hari, terutama dalam menjaga perilaku kita agar tidak merugikan atau menyakiti orang lain.

Definisi “Manusia yang Paling Buruk”

Dalam konteks hadis ini, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mengingatkan bahwa buruknya manusia tidak hanya diukur dari perbuatan dosa secara langsung kepada Allah, tetapi juga dari dampak buruknya terhadap orang lain. Orang yang dimaksud dalam hadis ini adalah:

– Orang yang menyebarkan keburukan, baik melalui ucapan maupun perbuatan.

Baca Juga: AS–Israel: Koalisi Setan Pembantai Rakyat Tak Berdosa

– Orang yang perilakunya menimbulkan ketakutan, sehingga orang lain memilih untuk menjauhinya demi keselamatan diri mereka.

Ini menunjukkan, seseorang tidak hanya dinilai dari hubungan vertikal dengan Allah, tetapi juga hubungan horizontal dengan sesama manusia.

Pentingnya Akhlak dalam Islam

Akhlak mulia adalah inti dari ajaran Islam. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda,

Baca Juga: Zionisme: Iblis Modern dalam Jas Kenegaraan

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR Ahmad).

Hadis ini menegaskan bahwa keimanan seseorang harus tercermin dalam akhlak dan sikapnya terhadap orang lain.

Menjaga lisan dan perilaku: Orang yang sering berkata kasar, menyebar fitnah, atau menyakiti orang lain dengan perbuatannya berpotensi menjadi pribadi yang dijauhi.

Baca Juga: Deklarasi New York, Hukuman bagi Pejuang dan Hadiah bagi Penjajah

Menghindari sifat sombong dan egois: Sifat ini sering menjadi penyebab utama retaknya hubungan sosial.

Konsekuensi Sosial dan Spiritual

Hadis ini juga menggambarkan bagaimana buruknya perilaku seseorang dapat menciptakan dampak negatif di dunia dan akhirat:

Di dunia: Orang yang berperilaku buruk akan dijauhi oleh lingkungannya. Hal ini menyebabkan isolasi sosial dan kehilangan dukungan dari orang lain.

Baca Juga: Jebakan Pemikiran Kolonial Rencana 20 Poin Trump tentang Gaza

Di akhirat: Kedudukannya akan menjadi yang paling buruk di sisi Allah. Ini adalah peringatan serius bagi siapa pun yang meremehkan dampak buruk akhlaknya terhadap orang lain.

Relevansi Hadis dalam Kehidupan Kekinian

Di era modern ini, keburukan perilaku sering kali tidak hanya terjadi secara langsung, tetapi juga melalui media sosial. Contohnya:

Cyberbullying: Menghina atau menyakiti orang lain melalui platform digital.

Baca Juga: Janji Gizi Murah, Kenyataan Pahit: Kasus Keracunan MBG Meningkat Drastis

Penyebaran hoaks: Menyebarkan informasi yang tidak benar untuk merugikan orang lain.

Toxic behavior: Sikap negatif yang merusak hubungan, baik di dunia nyata maupun virtual.

Hadis ini mengajarkan bahwa perilaku buruk, baik dalam bentuk tradisional maupun digital, adalah sesuatu yang harus dihindari.

Cara Menghindari Sifat Buruk yang Disebutkan dalam Hadis

Baca Juga: Proposal Trump untuk Gaza, Harapan Baru bagi Palestina atau Strategi Geopolitik Semata?

Agar tidak termasuk golongan manusia yang paling buruk, berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan:

Bertakwa kepada Allah: Selalu mengingat bahwa Allah mengawasi setiap perbuatan kita.

Mengendalikan emosi dan amarah: Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda,

لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ

Baca Juga: Kita Lemah Sahabat: Untuk Apa Kita Bangga?

“Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, tetapi yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR Bukhari dan Muslim).

Memperbanyak muhasabah (introspeksi diri): Evaluasi diri secara rutin untuk memastikan perilaku kita tidak merugikan orang lain.

Membangun hubungan yang baik dengan sesama: Jadilah pribadi yang menyenangkan, peduli, dan penuh kasih sayang.

Hadis ini adalah pengingat bagi setiap Muslim untuk menjaga akhlaknya, baik dalam hubungan dengan Allah maupun sesama manusia.

Baca Juga: Bagaimana Hamas Putuskan Posisinya terhadap Rencana Trump?

Perilaku buruk yang merugikan orang lain tidak hanya mencoreng nama baik seseorang di dunia, tetapi juga menjadikannya yang paling buruk di sisi Allah pada hari kiamat.

Mari kita jadikan hadis ini sebagai motivasi untuk memperbaiki diri dan menjadi pribadi yang membawa kedamaian, bukan ketakutan, dalam kehidupan bermasyarakat. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Relevansi Surat Al-Ahzab 35 di Akhir Zaman

Rekomendasi untuk Anda

Tausiyah
Khadijah
MINA Edu
Tausiyah
Khadijah