Kuala Lumpur, MINA – Majelis Perundingan Pertubuhan Islam Malaysia (MAPIM) untuk pertama kalinya menggelar Konferensi yang membahas tentang masalah Negeri Khasmir yang bergolak dan sepi dari pemberitaan media, di International Institute of Advance Islamic Studies Kuala Lumpur, Malaysia.
“Kashmir adalah negeri yang berada di antara India dan Pakistan. Daerah ini sudah lebih dari 47 tahun terus bergolak, menjadi daerah sengketa antara India, Pakistan dan China . Persengketaan yang menginginkan Khashmir mendapat hak otonomi dari India, tapi harapan itu belum menjadi kenyataan hingga sekarang,” kata mantan Menlu Malaysia, Tan Sri Syed Abdul Hamid Albar dalam pembukaan konperensi itu. Demikian Koresponden MINA di Kuala Lumpur, melaporkan Jumat (2/11).
Abdul Hamid Albar mengaku prihatin dan sedih dengan sepinya pemberitaan media tentang kondisi Khasmir yang masih mengalami konflik hingga sekarang.
Hingga saat ini masih terjadi tindak kejahatan di Khasmir seperti pembunuhan, penyiksaan, dan kezaliman terhadap Muslim yang berjumlah 96.4 persen dari 12 juta penduduk.
Baca Juga: Florida Sahkan UU Baru, Larang Kerja Sama dengan Pendukung Anti-Israel
Ketua MAPIM “Cekgu”, panggilan akrabnya, membuka Konferensi tersebut dengan memberikan semangat kepada hadirin agar bersama-sama memperhatikan dan turut prihatin terhadap penindasan yang dialami oleh umat islam di Khasmir.
Walaupun “Cekgu” belum pernah ke Kashmirm tapi ia mengatakan tahu bahwa Kashmir adalah negeri yang indah dan tujuan wisata yang menarik.
Negara perwakilan yang turut hadir diantaranya Malaysia,Thailand, Indonesia, Kemboja, Palestina, Myanmar, Pakistan, dan Bangladesh.
Hadir juga wakil dari Khasmir yang tidak bisa disebut namanya sebagai narasumber dalam konferensi itu. (L/K03/Sj/P1)
Baca Juga: BRICS Siapkan Langkah Penggunaan Mata Uang Lokal di Tengah Dominasi Dolar
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Kemenhaj Saudi Apresiasi Sinergi PPIH Atasi Dinamika Haji 2025