Persiapan Menyambut Ramadhan
Oleh: Zaenal Muttaqin*
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS. Al Baqoroh: 183).
Bulan Ramadhan sebentar lagi akan hadir, bulan yang awalnya rahmat, pertengahannya barokah dan akhirannya ampunan. Pada bulan tersebut ummat Islam selain diwajibkan untuk melaksanakan ibadah puasa oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala, juga akan mendapatkan limpahan kelebihan, seperti penglipatgandaan pahala bagi yang melalukan kebajikan.
Untuk memasuki bulan yang bertabur rahmat tersebut, sepatutnya kita sebagai ummat muslim melakukan persiapan. Sehingga semua kelebihan dan keutamaan Ramadhan bisa diraih dan menjalani Ramadan tanpa sia-sia.
Setidaknya ada tiga hal utama yang mestinya dipersiapkan untuk menyambut Ramadhan yaitu, persiapan mental, spiritual dan material.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-21] Tentang Istiqamah
Persiapan mental ini penting, karena untuk mendapatkan hasil yang baik dan maksimal suatu kegiatan, termasuk ibadah puasa Ramadhan, sikap mental memegang peranan penting. Kesiapan mental ini berkaitan dengan kesiapan, semangat dan ketahanan.
Mental harus disiapkan sedemikian rupa, karena Ramadhan adalah bulan peningkatan mental diri. Ramadhan adalah lahan yang subur dan kita adalah tanamannya. Sungguh rugi kita jika lahan yang sedemikian suburnya tetapi tanamannya tidak berhasil tumbuh subur dan tidak menghasilkan daun yang rindang serta buah yang dapat dinikmati semua makhluk di sekitarnya.
Untuk bisa memaksimalkan persiapan mental ini, perlu kita yakinkan pada diri kita bahwa Ramadhan hanya datang sekali dalam setahun dan belum tentu tahun depan kita mendapatkannya lagi. Dengan begitu kita akan dapat memaksimalkan dan mengoptimalkan dalam meraih keutamaan yang ada di bulan Ramadhan nanti.
Persiapan spiritual mesti pula dilakukan, karena Ramadhan adalah bulan maghfirah (ampunan) dan rahmah (kasih sayang). Maka perlu mengkondisikan diri kita untuk menerima maghfirah dan rahmah-Nya. Caranya dengan meningkatkan amalan-amalan wajib dan sunnah. sebaliknya menghindari perbuatan-perbuatan dosa atau maksiyat, baik yang kecil maupun yang besar, termasuk pula menghindari hal-hal yang lagho atau tidak bermanfaat.
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?
Dengan begitu akan terbiasa pada kepatuhan dan ketaatan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sehingga akan menjadi lebih siap untuk menjalani ibadah-ibadah yang lebih berat, seperti mengekang hawa nafsu dan menegakkan sholat di sepertiga akhir malam serta i’tikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan.
Tidak kalah pentingnya pula adalah persiapan material, karena selama ini kebutuhan yang satu ini biasanya sangat menonjol di bulan Ramadhan. Kebutuhan akan sembako, pakaian dan transportasi selalu meningkat pada saat Ramadhan, sehingga Ramadan adalah bulan yang jadi momok bagi para perencana ekonomi makro dan biasanya terjadi inflasi yang cukup signifikan.
Tentunya itu sangat ironi jika dibandingkan dengan tujuan puasa itu sendiri. Maka perlu di pahami bahwa bulan Ramadan adalan bulan diwajibkan untuk berpuasa, yang secara lahiriah berarti harus menahan diri dari makan, minum, dan bergaul dengan isteri.
Adapun secara sosial adalah merasakan betapa beratnya hidup dalam kekurangan, seperti yang dialami oleh orang lemah dan fakir. Maka patut dipertanyakan jika bulan Ramadhan justru terjadi inflasi, apa sebenarnya yang terjadi dengan puasa kita selama ini?
Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman
Kalau direnungkan semestinya Ramadhan adalan bulan bulan pengendalian nafsu atau pengurangan pengeluaran materi untuk yang tidak manfaat. Karena selain jumlah waktu makan berkurang, volume makanan yang masuk ke perut juga semestinya menurun.
Buka puasa bukanlah saatnya untuk melampiaskan dendam dan melahap semua makanan yang sempat tertunda di siang hari. Puasa adalah edukasi dan dedikasi, maka buka puasa adalah sekedar membatalkan puasa dan sekaligus menambah stok energi secukupnya untuk persiapan ibadah di malam hari. Begitu pula saat makan sahur, adalah untuk persiapan energi di siang hari, bukan menambah stok makanan untuk diolah seharian penuh.
Marilah kita sambut Ramadan, dengan persiapan yang benar dan marilah kita sambut keutamaan dan keagungannya. Marhaban Ya Ramadan. Wallahu a’lam Bis Showaab. (L/P07/EO2 )
*Wartawan di Kantor Berita Islam MINA
Baca Juga: Malu Kepada Allah
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)